Naskah Khutbah Jumat

Teks Khutbah Jumat 26 Januari 2024, Teguran Bagi Insan yang Bangga Berbuat Dosa

Teks Khutbah Jumat 26 Januari 2024, Teguran Bagi Insan yang Bangga Berbuat Dosa

TribunNews.com
Ilustrasi hiburan malam atau diskotik (Freepik) 

TRIBUNPRIANGAN.COM - Salat Jumat merupakan salat yang diwajibkan bagi kaum muslimin yang telah balig.

Hari Jumat merupakan Sayyidul Ayyam atau Penghulunya Hari, yang diyakini kaum muslimin sebagai hari penuh keberkahan.

Adapun, beberapa syarat berlaku dalam pelaksanaan salat Jumat, di antaranya adalah melangsungkan Khutbah sebagai rukun dalam salat Jumat.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 26 Januari 2024 Bertemakan Meraih Kekayaan yang Sejati

Dalam bekhutbah sang khotib bebas menerangkan perihal ketaatan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.

Ada berbagai jenis topik khutbah Jumat, namun kali ini TribunPriangan.com ingin mengulas tentang teguran Allah bagi mereka yang merasa bangga akan dosa yang sedang diperbuat.

Naskah Khutbah Jumat kali ini juga sekaligus menjadi pengingat bagi kita untuk menyesali setiap dosa yang telah diperbuat.

Sebab kita diingatkan agar tidak berbangga dengan dosa yang pernah dilakukan karena itu akan mengundang murka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.

Baca juga: Teks Khutbah Jumat 26 Januari 2024: Menjadikan Ibadah Salat Sebagai Kontrol Sosial

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْـدُ. فَإِنِّيْ أُوْصِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ. إِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ .وقال أيضا: وَإِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ.كَمَا أُوْصِيْ بِطَاعَةِ رَسُوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقَائِلِ: أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعةِ، وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّينَ، عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةً ضَلاَلَةٌ.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.

Shalawat dan salam semoga tercurah pada Nabi akhir zaman, suri tauladan kita, Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang akan terus meningkatkan komitmen kita untuk taat menjalankan perintah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan Rasul-Nya serta menjauhi segenap larangan-larangannya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Sebelum memulai khutbah bersama, pertama-tama pesan yang di sampaikan khatib hari ini akan diwasiatkan kepada khususnya kepada diri khatib sendiri dan umumnya kepada sidang Jumat sekalian, marilah sama-sama meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt.

Sebab, takwa menjadi tolok ukur kemuliaan di sisi Allah, takwa menjadi perisai yang menghalangi kita dari perbuatan-perbuatan yang dilarang, serta takwa menjadi bekal bagi kita di dunia dalam menghadapi kehidupan kekal di akhirat kelak.

Semoga kita digolongkan Allah sebagai hamba-Nya yang taat dan bertakwa.

Amin ya Rabbal ‘alamin.

Baca juga: Teks Khutbah Jumat 26 Januari 2024 Bertemakan Memperbaiki Niat agar Ibadah Menjadi Nikmat

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Sepertinya sudah menjadi hal yang lumrah, seringkali ditemui banyak di antara kita atau bahkan mungkin diri sendiri yang berbangga dengan dosa kemudian memamerkan maksiat yang telah diperbuat.

Ketahuilah, bahwasanya hal tersebut adalah salah satu penyebab benci dan murkanya Allah terhadap seorang hamba.

Tak hanya itu, seakan juga menjadi pertanda bahwa Allah telah mencabut rasa malu dari diri sehingga tidak merasa bersalah untuk membongkar aib maksiat.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,: "Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu – padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR Bukhari Muslim)

Sudah maklum bagi kita semua sebagai hamba Allah, bahwa Tuhan kita memiliki sifat maha baik, maha pengampun, maha penyayang dan juga Allah menutupi aib para hamba-Nya, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Sudah jelas bagi kita semua, bahwa dalam kitab suci Al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang menyebut sifat-sifat Allah tadi.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 26 Januari 2024, Tegaskan Hati Agar Berhenti Berbuat Dzalim Kepada Siapa Pun

Misalnya jamaah sekalian, sifat Allah maha pengampun dan maha penyayang dapat kita temukan dalam surah al-Maidah ayat 39:

فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: "Maka siapa pun yang bertobat sesudah melakukan kejahatan dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Al-Maidah: 39)

Terkait kemurahan Allah dalam mengampuni dan menyayangi para hamba-Nya bahkan lebih besar daripada siksaan yang ditimpakan apabila berbuat dosa.

Itulah kemurahan ampunan Allah, yang luas dan tidak memiliki batas.

Dalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah disebutkan mengenai ampunan Allah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ، فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ

Artinya: “Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, jika kalian tidak berbuat dosa, Allah akan hilangkan kalian dan Allah akan datangkan kaum lain yang berdosa, lalu mereka pun minta ampun kepada Allah, Allah pun ampuni dosa mereka.” (HR. Imam Muslim)

Jamaah sekalian, maksud hadis yang barusan disebutkan ialah menegaskan bahwa ampunan Allah begitu luas dan besar, sehingga perumpamaannya dibuat sedemikian rupa sebagaimana hadits tadi. Namun jangan sekali-kali kita maknai hadits di atas menjadi sebuah tanda legalitas untuk kita melakukan suatu dosa. Itu tidaklah benar.

Baca juga: Teks Naskah Khutbah Jumat 26 Januari 2024: Menghargai Beda Pendapat di Tahun Politik

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Seorang hamba yang berbuat dosa sebagaimana ayat dan hadits di atas akan diampuni oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Lagi-lagi hal ini karena merupakan keluasan rahmat Allah ta’ala atas hamba-hamba-Nya.

Akan tetapi, Allah tidak mentoleransi seorang hamba yang berbuat dosa kemudian ia memamerkan dosa yang ia lakukan kepada orang lain atau khalayak umum.

Bagaimana tidak membuat Allah murka, ia telah berbuat dosa, kemudian Allah tutupi aibnya itu di dunia, bahkan di akhirat kelak rahmat Allah pun masih dilimpahkan kepadanya, namun apa yang ia perbuat? Alih-alih menyesal ia malah bangga dengan perbuatan dosanya.

Tidak hanya bangga, ia memamerkan dosa yang ia lakukan dengan menceritakannya kepada orang lain.

Bahkan di era media sosial, perbuatan dosanya pun ia unggah di akunnya supaya orang-orang tahu.

Herannya ia melakukan hal itu dengan bangganya, di saat Allah memberinya kesempatan untuk bertobat.

Terkait kesalahan dalam bebangga diri ketika melakukan dosa, terdapat suatu riwayat hadis yang disampaikan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ، وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ : يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

Artinya: “Seluruh umatku diampuni kecuali al-mujaahirun (orang yang melakukan al-mujaaharah). Dan termasuk bentuk al-mujaaharah adalah seseorang berbuat dosa pada malam hari, kemudian di pagi hari Allah telah menutupi dosanya namun dia berkata, “Wahai fulan semalam aku telah melakukan dosa ini dan itu.” Allah telah menutupi dosanya di malam hari, akan tetapi di pagi hari dia membuka kembali dosa yang telah ditutup oleh Allah tersebut.” (HR. Imam Bukhari dan Muslim)

Baca juga: Teks Naskah Khutbah Jumat 26 Januari 2024: Menghargai Beda Pendapat di Tahun Politik

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya Nashaihul’Ibad pernah menyinggung terkait hal ini. Beliau menyebut dalam maqalah kesepuluh:

وَ (المقالة العاشرة) عَنْ بَعْضِ الزُهَّادِ (وهم الذين احتقروا الدنيا ولم يبالوا بها، بل أخذوا منها قدر ضرورتهم) مَنْ أَذْنَبَ ذَنْبًا (أي تحمّله) وَهُوَ يَضْحَكُ (أي والحال أنه يفرح بتحمّله) فَإِنَّ اللهَ يُدْخِلُهُ النَارَ وَهُوَ يَبْكِى (لأن حقه أن يندم ويستغفر الله تعالى لذلك) وَمَنْ أَطَاعَ وَهُوَ يَبْكِى (حياءً من الله تعالى وخوفا منه تعالى على تقصيره في تلك الطاعة) فَإِنَّ اللهَ يُدْخِلُهُ الجَنَّةَ وَهُوَ يَضْحَكُ (أي يفرح غاية الفرح لحصول مطلوبه وهو عفو الله تعالى.

Artinya: “Maqalah yang kesepuluh, diambil dari sebagian ahli zuhud, yakni orang yang tidak begitu mempedulikan kehidupan dunia dan hanya mengambil cukup pada apa yang sangat mereka butuh kan, mereka berkata: “Siapa pun yang berbuat dosa sementara dia tertawa atau merasa senang dan bangga dengan dosa yang dia tanggung, maka kelak Allah akan memasukkannya ke neraka dalam keadaan menangis. Karena seharusnya dia menyesal dan beristighfar pada Allah subhanahu wa ta’ala karena dosanya itu. Dan siapa pun yang taat kepada Allah dan menangis karena malu dan takut karena kelalaiannya dalam ketaatan, maka Allah akan memasukkannya ke surga sedang ia tertawa sebab mendapatkan tujuannya yaitu pengampunan Allah ta’ala.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Semoga kita semua menjadi seorang hamba yang istiqomah dalam menapaki jalan ketakwaan kepada Allah.

Tidak ada kuasa untuk kita menjaga ketakwaan selain karena adanya hidayah Allah kepada kita.

Selain itu mari kita berdoa supaya dihindari dari sifat bangga terhadap kemaksiatan dan dosa yang kita lakukan, sehingga akan menimbulkan kemurkaan Allah atas kita semua.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 26 Januari 2024: Jadikan Ibadah Salat Sebagai Kontrol Sosial

Khutbah Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.ـ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.ـ . (*)

Simak berita update TribunPriangan.com lainnya di : Google News

Sumber: Tribun Priangan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved