Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat Terakhir Tahun Ini 29 Desember 2023, Tema Muhasabah Diri Jelang Akhir Tahun

Nasabah Khutbah Jumat 29 Desember 2023 bertepatan dengan tanggal 16 Jumadil Akhir 1445 H yang merupakan hari Jumat terakhir di tahun 2023

Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
TribunNews.com
Ilustrasi Khutbah - Contoh teks khutbah Jumat berjudul Menjaga Kerukunan dalam Bermasyarakat. Mengandung pengingat untuk saling membutuhkan satu sama lain dalam masyarakat. (Freepik) 

Sosok pembelajar sejati adalah sosok yang selalu berpikir dan berpikir, sehingga mampu mengakumulasi ilmu yang didapatkan untuk diamalkan. Itulah mengapa Allah SWT meningkatkan derajat orang-orang yang berilmu. Tidak lain karena orang-orang yang berilmu inilah yang diharapkan bisa terus menebar rahmat di muka bumi. Orang-orang yang berilmu lah yang bisa merancang arah perubahan sosial di masa depan. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadalah: 11).

Sosok ulul albab yang pembelajar ini semakin diharapkan perannya dalam transformasi bangsa. Oleh karena itu di era yang serba cepat dan penuh ketidakpastian ini, maka sosok pembelajar juga harus dimaknai sebagai sosok yang adaptif dengan pola pikir tumbuh (growth mindset), yang terus memacu skill dan kompetensi baru dengan learning agility yang tinggi. Kemampuan kecepatan belajar ini sangat penting agar bisa berperan menjadi trend setter perubahan.

Kedua, muhasabah mengandung makna perlunya orientasi pada masa depan. Tujuan evaluasi diri adalah untuk kelebihbaikan di masa depan. Ada dua dimensi masa depan, yaitu masa depan di dunia dan di akhirat. Ayat surat al-Hasyr ayat 18 yang tadi saya bacakan merupakan fondasi tentang visi masa depan. Visi besar seorang mukmin adalah menjadi hamba yang berbahagia di dunia dan akhirat. Keseimbangan masa depan di dunia dan akhirat adalah keniscayaan, sebagaimana doa kita sehari-hari yang artinya: “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka.”

Dunia adalah jembatan menuju akhirat. Karena itu kehidupan dunia pun tidak boleh ditinggalkan. Marilah kita cermati ayat-ayat berikut ini:

فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ١٠

Artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyaknya supaya kamu beruntung” (QS. al-Jumu’ah [62]: 10).

اِنَّمَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَوْثَانًا وَّتَخْلُقُوْنَ اِفْكًا ۗاِنَّ الَّذِيْنَ تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ لَا يَمْلِكُوْنَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوْا عِنْدَ اللّٰهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوْهُ وَاشْكُرُوْا لَهٗ ۗاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ١٧

Artinya : “Maka carilah rezeki di sisi Allah, kemudian beribadah dan bersyukurlah kepada Allah. Hanya kepada Allah kamu akan dikembalikan” (QS. al-Ankabut [29]: 17).

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ ٧٧

Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. al-Qasas [28]: 77).

Namun demikian, berburu dunia pun tidak boleh melupakan akhirat. Marilah kita ingat kisah Qarun yang berlimpah harta namun akhirnya binasa. Qarun adalah orang saleh miskin yang kemudian minta tolong Nabi Musa agar didoakan kaya. Namun setelah kaya raya dia menjadi sombong dan meninggalkan ibadah serta tidak lagi peduli sesama. Jadi ayat tersebut mengingatkan kita perlunya keseimbangan dunia dan akhirat.

Sementara itu, dalam QS. Yasin ayat 12 Allah subhanahu wata'ala berfirman:

اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ ࣖ ١٢

Artinya : “Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh)”. (QS. Yasin [36]: 12)

Ayat ini semakin menegaskan bahwa apa yang kita kerjakan di dunia adalah investasi untuk akhirat. Artinya, kehidupan akhirat kita akan sangat tergantung dari apa yang kita kerjakan dan investasikan di dunia ini.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved