Naskah Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat 17 Jumadil Ula 1445 H, Tentang Kenikmatan Dunia yang Melenakan

Naskah khutbah salat Jumat 1 Desember 2023 atau bertepatan dengan 17 Jumadil Ula 1445 H berkaitan dengan kemewahan dunia yang melenakan

Editor: Machmud Mubarok
TribunNews.com
Ilustrasi Khutbah - Naskah khutbah salat Jumat 1 Desember 2023 atau bertepatan dengan 17 Jumadil Ula 1445 H berkaitan dengan kemewahan dunia yang diberikan kepada manusia.(Freepik) 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Istidraj bisa terjadi kepada siapa saja, baik orang awam maupun ahli ibadah. Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni kenikmatan semu yang sejatinya murka Allah SWT. Namun sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman akan beranggapan bahwa kesenangan yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang layak didapatkan.

Biasanya, istidraj diberikan kepada orang-orang yang mati hatinya. Mereka adalah orang yang tidak merasa bersedih atas ketaatan yang ditinggalkan dan tidak menyesal atas kemaksiatan yang terus dilakukan.

Secara psikologis, orang yang tertimpa istidraj, perilakunya sangat terlena dengan semua yang ia punya, sehingga lupa bahwa semuanya hanyalah titipan sementara. Dia lupa bersyukur atas nikmat yang diberikan, begitu juga dia gemar melakukan kemaksiatan tanpa merasa berdosa.

Dan menganggap nikmat yang Allah Swt berikan merupakan sebuah anugerah dan kebaikan untuknya. Ketika hal ini terjadi, maka akan berakibat nantinya mendapatkan siksaan dari arah yang tidak disangka-sangka. Maka dari itu, kita perlu meminta pertolongan kepada Allah SWT dan juga mengasah keimanan agar terus meningkat sehingga menyadari hakikat nikmat dan siksaan.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Cara termudah untuk membedakan kesenangan yang datangnya dari kemurahan Allah dengan istidraj adalah ketakwaan. Jika orang tersebut taat dalam beribadah, bisa jadi nikmat yang diterima adalah kemurahan Allah. Begitupun sebaliknya, apabila orang tersebut lalai dalam ibadah bisa jadi itu merupakan istidraj.

Bagi siapa saja yang saat ini sedang diliputi kebahagiaan, sedang merasakan rezeki yang lancar, kenaikan jabatan atau pun kebahagiaan lainnya, kiranya perlu mawas diri dan waspada karena bisa jadi saat ini dia sedang teridentifikasi mengalami istidraj.

Bagaimana cara mengenalinya? Berikut ini adalah ciri-ciri istidraj yakni: (1) nikmat dunia yang semakin bertambah, namun keimanannya semakin menurun, (2) mendapat kemudahan hidup meski terus menerus bermaksiat, (3) rezeki selalu bertambah, meski terus lalai dalam ibadah, (4) semakin kaya, namun semakin menjadi kikir, dan (5) jarang sakit, namun kerap berlaku sombong.

Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam al-Hikam, yakni:

خِفْ مِنْ وُجُوْدِ إِحْسَانِهِ إِلَيْكَ وَدَوَامِ إِسَاءَتِكَ مَعَهُ أَنْ يَكُوْنَ ذَلِكَ اسْتِدْرَاجاً سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ

“Takutlah pada perlakuan baik Allah kepadamu di tengah durhakamu yang terus-menerus terhadap-Nya. Karena, itu bisa jadi sebuah istidraj, seperti firman-Nya, ‘Kami meng-istidraj-kan mereka dari jalan yang mereka tak ketahui’.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa ketika seseorang mendapatkan kenikmatan, baik nikmat materi maupun non materi, hendaklah ia bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh zat pemberi nikmat, dan bukannya lupa kepada-Nya. Dan segera bersyukur kepada-Nya, baik secara lisan, perbuatan maupun keyakinan dalam hati. Realisasi syukur itu bisa berupa semakin rajin beribadah, bersedekah maupun perilaku-perilaku yang bermanfaat bagi orang lain.

Begitu bahayanya istidraj, sampai-sampai Umar bin Khattab pernah berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu menjadi mustadraj (orang yang ditarik dengan berangsur-angsur ke arah kebinasaan).”

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved