Kemarau Panjang Membuat Petani Tembakau di Sumedang Panik

Laporan Kontributor TribunPriangan.com Kiki Andriana dari Sumedang

TRIBUNPRIANGAN.COM, SUMEDANG - Kemarau berkepanjangan sejak awal Mei 2023 membuat sejumlah petani tembakau di Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang panik. 

Pasalnya, tanah menjadi lebih keras ketika harus diolah. Petani kesulitan dalam mencangkul. 

Musim kemarau adalah musim yang baik untuk menanam tembakau. Namun, petani tetap perlu air untuk memulai masa penanaman. 

Nahasnya, jika harus menggunakan mesin pompa, biaya akan membengkak. Bendungan Cibayawak yang diandalkan pun kondisinya rusak. 

"Bukan rusak lagi, amburadul,"

"Sekarang ini tanah susah dicangkul. Kondisi tanah retak-retak dan dalam, menunggu respons dari Dinas Pertanian Sumedang tak ada respons," kata Inta Suminta, Ketua Gapoktan Petani Tembakau Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, kepada TribunPriangan.com Senin (5/6/2023). 

Inta mengatakan, akibat lahan tidak segera disiapkan karena kekeringan, benih yang sudah disemai tumbuh terlalu tua. 

Jika benih terlalu tua, risikonya tembakau tidak akan tumbuh besar. Benih yang terlewat masa tanamnya akan tumbuh dengan lambat. 

"Kalau panen, dari 1 hektar bisa jadi uang Rp45 juta. Kalau gagal panen keseluruhan, nilainya bisa mencapai miliaran rupiah," kata Inta seraya menyebut ada 1000 petani tembakau dari empat desa: Desa Jembarwangi, Mekarwangi, Darmawangi, dan Marongge. 

Sekarang ini, petani harap-harap cemas dan panik. Inta mengatakan urusan air selalu menjadi "hangat" bahkan riskan memicu perkelahian karena petani berebut air. 

"Sementara tembakau di desa-desa kami adalah penghasilan utama warga, tidak mengandalkan yang lain," katanya. 

Inta berharap segera ada solusi dari pemerintah, selain petani menanti solusi datangnya hujan dari alam.(*)