Diskusi Kesundaan
Budayawan Sunda Gelar Diskusi, Ketua DPRD: Tasikmalaya Bisa Jadi Barometer Ngamumule Budaya Sunda
Beberapa budayawan serta praktisi Sunda yang hadir dari Banten, Jakarta, dan Jawa Barat, menggelar diskusi budaya terkait Ke-Sunda-an
Penulis: Aldi M Perdana | Editor: Dwi Yansetyo Nugroho
Laporan Jurnalis TribunPriangan.com, Aldi M Perdana
TRIBUNPRIANGAN.COM, KABUPATEN TASIKMALAYA - Beberapa budayawan serta praktisi Sunda yang hadir dari Banten, Jakarta, dan Jawa Barat, menggelar diskusi budaya terkait Ke-Sunda-an di Desa Sukamulih, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat pada Kamis (18/5/2023).
Dengan tema ‘Kudu Jadi Kisunda Anu Nyunda’ (red: Harus Menjadi Orang Sunda yang Sejatinya Suku Sunda), diskusi budaya tersebut mengupas terkait hal-hal yang berkaitan dengan Budaya Sunda, baik itu sejarah, sosial, budaya, maupun seni.
Baca juga: Debus dan Degung Ditampilkan, Sejumlah Budayawan Sunda Gelar Diskusi di Kabupaten Tasikmalaya
Asep Sopari Al Ayubi selaku Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tasikmalaya yang juga turut menghadiri, merespons terkait pembahasan Aksara Sunda yang menjadi salah satu pembahasan Diskusi Budaya tersebut.
“Kami akan diskusi bersama kawan-kawan DPRD (Kabupaten Tasikmalya), termasuk juga eksekutif, bagaimana Tasikmalaya bisa menjadi barometer dalam ngamumule (red: mengurus/memelihara dengan sungguh-sungguh) budaya Sunda, baik bahasa, perilaku, dan aksara, terutama cara baca dan menulis (Aksara) Sunda,” terangnya kepada TribunPriangan.com pada Kamis (18/5/2023).
Baca juga: KRONOLOGI Kecelakaan di Paseh Sumedang, Pasutri Alami Luka Berat Setelah Terlindas Ban Truk Tronton
Tambahnya, hal tersebut didasari oleh usulan-usulan para budayawan serta praktisi budaya di tengah Diskusi Budaya tersebut selaku pemangku kepentingan.
“Maka, kami akan mencoba adopsi nanti beberapa harapan tersebut, dan tentunya, ada juga harapan, bahwa akan ini dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda),” lengkap Asep.
Baca juga: BREAKING NEWS- Pasutri Pengendara Motor Asal Garut Masuk ke Kolong Tronton di Paseh Sumedang
Dia jiga menilai, bahwa kita semua harus mengenalkan dan terus menumbuhkembangkan budaya Sunda, supaya bisa dipahami dan bisa dilestarikan, terutama pada anak-anak muda saat ini.
“Anak-anak lebih mengenal budaya di luar Sunda. Sementara tadi, kita mendengar dan mengikuti dari Sawala Sunda (red: Diskusi Sunda) ini, bagaimana filosofi ke-Sunda-an ini bisa membangun sebuah tatanan kenegaraan yang lebih maju dan lebih beradab, termasuk juga Sunda bisa lebih modern,” pungkasnya. (*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.