Khutbah Jumat

SEGERA SIMAK, Contoh Teks Khutbah Jumat dengan Tema Menjaga Konsisten Ibadah Setelah Ramadhan Pergi

Salah satu syarat sahnya sholat Jumat adalah adanya khutbah Jumat yang disampaikan oleh khatib sebelum sholat, simak contoh materi Khutbah berikut ini

TribunNews.com
Ilustrasi Khutbah - Contoh teks khutbah Jumat berjudul Menjaga Kerukunan dalam Bermasyarakat. Mengandung pengingat untuk saling membutuhkan satu sama lain dalam masyarakat. (Freepik) 

TRIBUNPRIANGAN.COM - Bulan Ramadhan baru saja berlalu, dan umat muslim tengah memasuki bulan Syawal Islam, namun masih merasakan suasana kemenangan dan kebahagiaan setelah selesai melaksanakan ibadah puasa dan merayakan hari raya Idul Fitri.

Dalam suasana tersebut, kita tidak boleh melupakan amanah yang harus kita penuhi sebagai hamba Allah SWT.

Sebagai umat Muslim yang beriman, kita harus senantiasa memperbanyak amal ibadah dan mengisi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat.

Baca juga: Khutbah Jumat 14 April 2023: Tanda-tanda Lailatul Qadar

Sebagai contoh, kita bisa memperbanyak bacaan Alquran dan menghafal ayat-ayat suci, melakukan shalat sunnah, bersedekah, dan melakukan kegiatan positif lainnya.

Kita juga harus senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam, serta menghindari perpecahan dan konflik yang dapat memecah belah umat.

Selain itu, kita juga harus senantiasa mengedepankan sikap tolong-menolong dan saling berbagi kepada sesama, khususnya kepada mereka yang membutuhkan.

Baca juga: Temui dan Beri Solusi dalam Kasus Guru Viral Husein, Medsos Ridwan Kamil Banjir Pujian Warganet

Khutbah Jumat 

Salah satu syarat sahnya sholat Jumat adalah adanya khutbah Jumat yang disampaikan oleh khatib sebelum sholat.

Khutbah Jumat sendiri adalah ceramah agama yang berisi nasihat, pengajaran, dan ajakan kepada kebaikan.

Khutbah Jumat juga merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan informasi dan perkembangan umat Islam.

Baca juga: BREAKING NEWS- Gede Pasek Serahkan Jabatan Ketua Umum PKN ke Anas Urbaningrum

Materi Khutbah

Mengawali khutbah kali ini, khatib berwasiat kepada para jama’ah sekalian pada umumnya dan kepada diri khatib sendiri khususnya, agar kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Karena, peningkatan iman dan takwa sejatinya dapat diperoleh dengan dua cara tersebut, yaitu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Dalam haditsnya Rasulullah SAW bersabda,

الحمد لله الذى صدق وعده ونصرعبده واعز جنده وهزم الاحزا ب وحده.

اشهد ان لااله الا الله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله لا نبى بعده.

اللهم صل وسلم على سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم وعلى اله واصحابه ومن والاه. اما بعد

فيا ايها الحاضرون او صيكم ونفسى بتقوى الله اتقوا الله حق تقاته ولا تمو تن الا وانتم مسلمون.

فقد فال الله تعالى فى كتا به المبين اعوذ با لله من الشيطا ن الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم : يايها الذين امنوااتقواالله حق تقاته ولا تمو تن الا وانتم مسلمون.

Mengawali khutbah kali ini, khatib berwasiat kepada para jama’ah sekalian pada umumnya dan kepada diri khatib sendiri khususnya, agar kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Karena, peningkatan iman dan takwa sejatinya dapat diperoleh dengan dua cara tersebut, yaitu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Sebagainya hadits Rasulullah SAW,

اَلإيمَانُ يَزيدُ ويَنقُصُ ، يَزِيدُ بِالطَّاعَةِ وَيَنْقُصُ بِالْمَعْصِيَةِ

Iman itu sifatnya dinamis, dapat bertambah dan berkurang.

Bertambah karena ketaatan kepada Allah atau menjalankan perintahnya, dan berkurang karena melakukan kemaksiatan.

Baca juga: BREAKING NEWS- Aktivis Pemuda KBB Laporkan Hengky Kurniawan ke KPK, Ada Apa?

Hadirin rahimakumullah

Selama satu bulan penuh kita menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan penuh suka cita.

Kehadiran Ramadhan tidak hanya sebagai bulan istimewa dengan dilipatgandakannya amal kebaikan, namun juga sebagai madrasatul hayat atau sekolah kehidupan.

Yakni, sekolah yang mendidik seorang mukmin agar bisa menjadi mukmin yang lebih baik dengan mengendalikan hawa nafsu, meninggalkan kemaksiatan, dan menjalankan amalan-amalan baik seperti tadarus, sedekah, puasa, shalat sunnah, dan lain sebagainya.

Harapannya, selepas Ramadhan kita dapat terbiasa dengan hal-hal yang sudah kita lakukan selama satu bulan lamanya, dan tetap kita lanjutkan di bulan-bulan berikutnya.

Semua ibadah di bulan Ramadhan yang kita lakukan tentu harus memiliki efek dalam kehidupan kita sehari-hari.

Mengapa demikian? Karena status kita sebagai manusia mengharuskan untuk menjalin hubungan yang baik kepada Allah dan juga kepada manusia sekaligus.

Hubungan baik saja kepada Allah dengan menjalankan ibadah mahdhah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, belum cukup atau bahkan bisa sia-sia jika kita masih belum bisa menjalin hubungan baik kepada sesama manusia.

Baca juga: 12 Desa di Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung Bakal Tergusur Proyek Jalan Tol Agungblijen

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ

Artinya: Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturrahim. -  (HR al-Bukhari)

Dalam Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 1 Allah SWT berfirman:

فَاتَّقُوا اللّ هَ وَاَصْلِحُوْا ذَاتَ بَيْنِكُمْ

Bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan kalian dengan sesama manusia.”

Dalam ayat di atas Allah SWT memerintahkan hambanya untuk bertakwa kepada-Nya, yang kemudian diikuti dengan perintah memperbaiki hubungan sesama manusia, yaitu menjalin cinta kasih dan memperkokoh kesatuan.

Hadirin rahimakumullah, Ada sebuah kisah menarik yang patut kita renungkan, tentang kondisi seorang mukmin yang baik dalam berhubungan kepada Allah, namun suka menyakiti sesama manusia.

Suatu ketika Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya,

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

"Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.'

Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain'.

Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi.

Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.' (HR. Muslim: 4678).

Dalam kisah di atas, jelas bahwa berperilaku baik kepada sesama manusia merupakan hal yang sangat penting.

Karna pahala ibadah seseorang bisa habis lantaran ia menyakiti orang lain selama di dunia. Bahkan, ia pun bisa menanggung dosa orang yang disakiti jika pahalanya tidak mencukupi. Habis pahala, dosa bertambah.

Itulah gambaran orang yang suka menyakiti orang lain kelak di hari kiamat.

Maka, pada momentum idul fitri ini, mari kita bersama saling memaafkan, meminta maaf kepada mereka yang pernah kita sakiti dan memberikan maaf kepada orang yang pernah menyakiti kita.

Mengapa maaf menjadi penting? Karena dosa seseorang yang dilakukan kepada sesama manusia tidak akan diampuni oleh Allah tanpa pemberian maaf dari orang yang pernah disakiti.

Jika berdosa kepada Allah seperti meninggalkan sholat, tidak berpuasa, tidak berzakat, atau bahkan syirik sekalipun, cukup kepada Allah saja kita memohon ampun.

Tetapi, jika dosa yang kita lakukan melibatkan manusia dengan menyakiti mereka, maka kita juga harus meminta maaf kepada yang bersangkutan dan mengembalikan haknya yang telah kita ambil.

Imam An-Nawawi dalam kitabnya “Riyadus Shalihin” memaparkan bahwa pertaubatan untuk perbuatan maksiat yang terjadi sesama manusia, dilakukan dengan empat tahapan.

Pertama, bertaubat dan berhenti dari perbuatan tersebut.

Kedua, menghadirkan penyesalan dalam diri atas kesalahan dan kemaksiatan yang pernah dilakukannya.

Ketiga, berniat sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut.

Dan yang terakhir adalah mengembalikan tanggungan atau hak-hak yang telah kita ambil dari orang yang telah kita sakiti.

Dalam kitabnya, beliau menuliskan sebagai berikut:

وأَنْ يَبْرَأَ مِنْ حَقِّ صَاحِبِهَا، فَإِنْ كَانَتْ مَالاً أَوْ نَحْوَهُ رَدُّهُ إِلَيْهِ،

"Jika tanggungan itu berupa harta atau sejenisnya, maka wajib mengembalikan harta itu kepada yang berhak".

وَإِنْ كَانَتْ حَدَّ قَذْفٍ وَنَحْوَهُ مَكَّنَهُ مِنْهُ أَوْ طَلَبَ عَفْوَهُ،

"Jikalau berupa tuduhan zina atau tuduhan lainnya, maka hendaklah mencabut tuduhannya tadi dari orang itu, atau meminta maaf kepadanya".

وَإِنْ كَانَتْ غِيْبَةً اِسْتَحَلَّهُ مِنْهَا

"Dan jika berupa pengumpatan, cacian, ghibah, dan kejahatan lisan lainnya, maka hendaklah meminta maaf kepada orang yang yang telah disakitinya".

Itulah penjelasan Imam Nawawi tentang pertaubatan atas maksiat seorang hamba yang menyakiti sesama manusia.

Hadirin yang dirahmati Allah, Semoga, dengan berhasilnya kita melalui tempaan diri di bulan Ramadhan, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dalam beribadah kepada Allah, dan membawa kebaikan sosial yang lebih baik dalam kehidupan kita.
Amin.

Amin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ ه ذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. (*)

Simak berita udpate TribunPriangan.com lainnya di : Google News

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved