Tranformasi Pengolahan Tembakau Mole di Sumedang Kurangi Ongkos Produksi, Kini Jemur Cukup 15 Hari

Tembakau mole di Sumedang yang melegenda telah dilestarikan secara turun-temurun. Pengolahan yang dulu dilakukan manual

Editor: ferri amiril
tribunpriangan.com/Kiki andriana
Nani jenis bakso mole 

Laporan Kontributor TribunPriangan.com Sumedang, Kiki Andriana 

 

TRIBUNPRIANGAN.COM, SUMEDANG - Tembakau mole di Sumedang yang melegenda telah dilestarikan secara turun-temurun. Pengolahan yang dulu dilakukan manual, kini sudah bertranformasi menjadi lebih efektif. 

Tranformasi di antaranya dirasakan Uu Mulyadi (65), petani tembakau di Dusun Karang Sambung RT03/09, Desa Kadaka Jaya, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. Dia kini menjemur dengan memanfaatkan green house. 

Green house sendiri disebut oleh Uu sebagai oven. Sebab, fungsinya sama seperti oven, menjemur tanpa takut cuaca tiba-tiba berubah dari panas terik menjadi hujan gerimis bahkan lebat. 

Di dalam tempat penjemuran itu ada rak bertingkat terbuat dari bambu. Di atas bambu-babu itulah tembakau iris dijemur. 

Tembakau iris atau rajang didadarkan pada anyaman bambu bernama sasag. Satu sasag muat untuk satu lempeng tembakau. Di penjemuran itu, tembakau dijemur bersamaan dengan sasag itu.

"Dengan oven ini, lama penjemuran hanya 15 hari. Kalau manual, di bawah terik matahari langsung, wah bisa sebulan. Apalagi kalau cuaca buruk," kata Uu kepada TribunJabar.id, Kamis  (4/5/2023). 

Uu sudah 40 tahun bergelut dengan tembakau. Saat usianya 25 tahun, dia memulai dunia tembakaunya dengan membuka lahan baru yang penuh rumput untuk ditanami tembakau

Dia bertani. Sukses bertani, dia belajar merajang. Dengan pisau besar, daun tembakau yang baru dipetik disusun dan digulung. Ujung gulungan diiris sampai daun habis. 

Irisan tembakau mole khas Sumedang adalah yang terbaik. Selain tipis dan konstan dalam irisan sehingga membuat penampilannya indah, soal rasa tembakau mole ini juga istimewa.

Bisa merajang, Uu belajar menjemur. Bisa menjemur, Uu belajar menjual tembakau. Kini, para bandar yang datang ke rumahnya di mana dia mengolah tembakau. Dalam sebulan, tembakau olahannya sampai 2 kuintal tembakau matang. 

"Kini karena sudah tua, saya hanya mengolah saja. Tembakau ini (yang sedang dijemur) datang dari Darmawangi (Desa di Kecamatan Tomo), lalu dijemur di sini," kata Uu. 

Staf UPTD Agrobisnis Tembakau Tanjungsari, Gilar mengatakan daerah barat Kabupaten Sumedang seperti Tanjungsari, Sukasari, Cimanggung memang cocok untuk penjemuran tembakau

Sebab, selain punya terik, ada juga suhu lembap. Kelembapan menjadi kunci dalam penjemuran tembakau

"Berbeda dengan daerah Timur seperti Tomo, Paseh, dan daerah penghasil tembakau lainnya yang hanya bagus untuk penanaman, tetapi untuk penjemuran daerah-daerah itu hanya punya panas, tidak ada lembap," katanya. 

Kelembapan memang membuat tekstur tembakau menjadi kering dan liat. Jika tembakau hanya kering, teksturnya akan rapuh dan mudah patah saat dilinting. 

Para petani tembakau seperti Uu Mulyadi adalah penyokong kehidupan pelaku tembakau di Sumedang. Sebanyak 33 pengusaha tembakau di Sumedang, produknya bisa bercukai Rp30 miliar per tahun.(*)

 

 

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved