Berita Cimahi

Bermula Dari Loker, Warga Cimahi Jadi Korban Perdagangan Manusia di Myanmar Bersama 19 WNI Lainnya

seorang wanita asal Indonesia yang diduga ditipu oleh agen penyedia lowongan kerja online dan terjebak di Myanmar.

Penulis: Luun Aulia Lisaholith | Editor: ferri amiril
Kompas.com
Sejumlah WNI yang diduga menjadi korban perdagangan manusia di Myanmar menyerukan pertolongan kepada pihak berwenang Indonesia.(Kompas.com/DOK. ROSA via BBC Indonesia) 

TRIBUNPRIANGAN.COM - Jagad maya kembali dihebohkan dengan sebuah rekaman video yang menampilkan seorang wanita asal Indonesia yang diduga ditipu oleh agen penyedia lowongan kerja online dan terjebak di Myanmar.

Dalam video berdurasi 2 menit itu korban mengaku bernama Noviana Indah Susanti, dan saat ini ia berada di daerah Myawaddy, Myanmar.

Tak hanya seorang, ia ternyata terjebak di Myanmar bersama 19 orang WNI lainnya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya Noviana Indah Susanti, saya salah satu korban penipuan kerja online yang direkrut melalui WhatsApp. Kami di sini Warga Indonesia yang tertipu yang dipekerjakan sebagai scammer online. Ada 20 orang saya salah satu di antara mereka," kata Noviana.

Awalnya mereka diberangkatkan agen yang menawarkan pekerjaan tersebut secara online ke Thailand, dengan iming-iming akan bekerja sebagai customer service dengan gaji menjanjikan disertai bonus lainnya.

Baca juga: Bejat, Istri Kerja Jadi TKI, Ayah di Garut Tega Rudapaksa Anak Kandung Sendiri Selama 2 Tahun

Namun mereka justru dikirim ke Myawaddy, Myanmar oleh agen yang berada di Thailand itu dan dipekerjakan sebagai penipu online atau scammer.

'Kami tidak tahu bahwa kami akan dipekerjakan sebagai scammer, kami diberitahu akan dipekerjakan sebagai costumer service dan lokasi kerja yang dijanjikan di Thailand, bukan di Myanmar' lanjut Noviana.

Noviana juga mengaku ia tidak digaji selama empat bulan. Sementara ia sudah bekerja di Myanmar selama enam bulan.

"Saya sudah 6 bulan bekerja di company ini dan 4 bulan saya tidak menerima gaji sama sekali dan sejak pertama kali saya menginjakan kaki di Myanmar saya sakit, belum pernah sembuh". katanya.

Belakangan diketahui jika Noviana merupakan warga Kampung Baros Sukaraja, RT 06/10, Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah.

Baca juga: Ayah di Garut 5 Kali Setubuhi Anak Kandung Sendiri, Dipicu Video Asusila dan Ditinggal Istri TKI

Pihak keluarga mendapat informasi langsung dari Noviana yang menghubungi keluarganya melalui media sosial.

"Iya betul anak saya diduga jadi korban penipuan lowongan kerja dan TPPO di Myanmar," ujar Joko Supridjanto (63), orangtua Noviana saat ditemui, Selasa (2/5/2023).

Ia dan keluarga besarnya kaget ternyata Noviana bukan bekerja di Thailand, namun di Myawaddy, Myanmar yang berbatasan dengan Thailand. Pihak keluarga berharap pemerintah bisa membantu anaknya untuk segera kembali ke tanah air.

"Tapi keukeuh karena tergiur gaji besar terus kerja di luar negeri (Thailand) tapi ternyata jadi korban penipuan dan TPPO," kata Joko.

Sementara itu Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kota Cimahi Yanuar Taufik mengatakan saat ini pihaknya menunggu laporan resmi dari pihak keluarga korban.

"Informasinya baru sebatas viral di media sosial, kami menunggu laporan dari keluarga korban. Karena informasi keluarganya juga serba terbatas," kata Yanuar saat dihubungi.

Dari kasus tersebut, pihaknya memastikan jika keberangkatan Noviana ke luar negeri ilegal. Sebab tidak ada data tertulis mengenai yang bersangkutan dan negara tujuannya.

"Kalau keberangkatan itu dipastikan ilegal, karena nggak ada laporan ke kita. Kalau yang legal itu dari paspor sampai keberangkatan terdata di kita. Kalau ini kan nggak," tutur Yanuar.

Baca juga: Kaleidoskop 2022: Sebanyak 8 TKI Asal Subang Meninggal Dunia di Luar Negeri Selama Tahun 2022

19 WNI Lainnya

Sebanyak 20 Warga Negara Indonesia (WNI) yang disekap di Myanmar, bahkan mereka juga mengaku disiksa, diperbudak, dan diperjualbelikan termasuk Noviana.

Mereka terjerumus dalam sindikat penipuan online yang diduga jaringan 'jagal babi'.

Diketahui para korban itu terpikat lantaran diiming-imingi hubungan asmaradan lowongan kerja online.

sebelumnya mengungkap jaringan ini berada di Kamboja yang melibatkan warga China.

Kementerian Luar Negeri Indonesia masih mengupayakan kepulangan 20 WNI tersebut, namun terganjal persoalan kompleks karena sindikat ini berada di wilayah konflik bersenjata.

Sementara itu, Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) menilai kasus ini menjadi modus baru perdagangan manusia yang menjadikan WNI sebagai "budak" di wilayah konflik—tempat yang justru aman bagi sindikat perdagangan orang.

Kementerian Luar Negeri Indonesia melaporkan selama satu tahun terakhir telah menyelamatkan hampir 500 WNI korban tindak pidana perdagangan orang dari jaringan mafia penipuan online di Asia Tenggara, yang tersebar di Kamboja, Laos, dan Vietnam.

Baca juga: Pemerintah Jepang Biayai Perawatan TKI yang Koma 3 Bulan di RS Osaka, Sebulan Capai Rp200 Juta

Adapun NIS tidak menyangka akan menjadi korban perdagangan manusia lintas negara dan berakhir di kompleks bangunan yang dijaga orang-orang bersenjata di kawasan Myawaddy, Myanmar.

Pada Oktober 2022 silam, NIS mendapat tawaran bekerja di Thailand melalui lowongan yang beredar di media sosial dengan posisi sebagai customer service atau layanan pelanggan. Gaji yang ditawarkan antara Rp12 juta - Rp25 juta per bulan.

Tak disangka, ia justru diselundupkan ke Myanmar untuk bekerja sebagai pelaku kejahatan online.

"Saya salah satu korban penipuan kerja online yang direkrut melalui WhatsApp. Dipekerjakan sebagai scammer online. Ada 20 orang, saya salah satu di antara mereka," kata NIS.

Dalam bulan-bulan terakhir, ia harus menyaksikan rekan-rekan senegaranya disiksa karena kemungkinan tidak memenuhi target perusahaan menggaet korban melalui asmara untuk dijerumuskan dalam skema investasi palsu.

"Kami sudah berulang kali melihat penyiksaan. Satu orang bisa dipukul delapan sampai 10 orang. Tidak bisa melawan sama sekali, cuma bisa pasrah," kata NIS.

Baca juga: 3 Bulan Koma di RS Jepang, Begini Kondisi TKI Asal Indramayu yang Tak Sadarkan Diri hingga Sekarang

Pelaku penyiksaan menggunakan alat setrum, rotan, dan pipa untuk menghajar para korban. "Luka mereka sudah bukan lebam memar berwarna biru, tapi sudah berwarna hitam keunguan. Mengerikan," tambahnya.

Para pelaku penyiksaan yang berkomunikasi menggunakan bahasa China juga mulai menyiksa pekerja perempuan dengan hukuman "setrum, rambut dijambak, diseret."(*)

Simak berita update TribunPriangan.com lainnya di : Google News

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved