Masjid Al Jabbar Kota Bandung
Ramai Kendaraan Parkir di Kawasan Masjid Raya Al Jabbar, Perusahaan Pengelola Parkir Mulai Tergiur
Ribuan pengunjung yang selalu hadir di Masjid Raya Al Jabbar setiap harinya tentu berpengaruh pada nilai ekonomi yang berputar di sana
Laporan Wartawan TribunPriangan.com, Muhamad Nandri Prilatama
TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG - Ribuan pengunjung yang selalu hadir di Masjid Raya Al Jabbar setiap harinya tentu berpengaruh pada nilai ekonomi yang berputar di sana dan memberikan berkah pada warga yang membuka usaha baik parkir, berdagang, maupun membuka toilet umum.
Pengelolaan parkir di Masjid Raya Al Jabbar pun sejauh ini masih sementara dikelola oleh warga sekitar tepatnya oleh yang menamakan diri sebagai panitia sementara parkir Al Jabbar (Panser).
Pengelolaan parkir di Masjid Al Jabbar ini tentunya menggiurkan sejumlah perusahaan swasta yang bergerak di bidang perparkiran, termasuk PT Anugerah Abadi Sukses Tama (Aditama).
Baca juga: Rekor Luis Milla Dipatahkan Pasukan Juku Eja, Ciro Alves Menangis Persib Dikalahkan PSM di Kandang
Manager Parkir PT Aditama, Rizky Rifai mengaku tentunya sebagai perusahaan swasta yang bergerak di bidang perparkiran melihat kondisi setiap harinya kendaraan bisa mencapai ratusan yang datang, terbilang besar.
"Ya itu potensi yang cukup besar dan memiliki potensi bagus untuk dikelola secara profesional. Tetapi, kan biasanya seperti tempat-tempat dengan potensi semacam itu pastinya hal utama sepertinya akan dilakukan tender," katanya saat dihubungi, Selasa (14/2/2023).
Meskipun PT Aditama sebagai perusahaan yang baru, namun memiliki sumber daya manusia kompeten dan berpengalaman di bidang perparkiran, sehingga kondisi saat ini untuk dapat mengelola parkir Masjid Raya Al Jabbar sesuatu yang menggiurkan.
Baca juga: TERBARU, Jadwal Kereta Api Lodaya Hari Ini, Relasi Bandung-Yogyakarta
"Ya tentu kami akan sangat mau sekali ikut serta dalam tender nanti jika memang Pemprov membukanya. Tetapi, nanti masalah tendernya diterima atau tidak banyak faktornya.
Yang jelas, kami pasti ikut kabita (tergiur) karena prospeknya besar. Terpenting juga, tak hanya melihat soal omzet besar, melainkan lihat juga infrastrukturnya dahulu seperti apa karena tentu modal yang harus dikeluarkan banyak. Jadi, semakin semakin besar omzetnya biasanya ya modal yang diperlukan pun semakin besar," ujarnya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.