Kesehatan
Benarkah Perokok Pasif Beresiko Alami Penyakit Paru Obstruktif Kronik? Simak Begini Faktanya
Perokok pasif adalah korban dari perokok aktif. Mereka ikut menghirup asap rokok, bahkan lebih berisiko terserang penyakit paru obstruktif kronik
Penulis: Dwi Yansetyo Nugroho | Editor: Dwi Yansetyo Nugroho
TRIBUNPRIANGAN.COM- Perokok pasif adalah korban dari perokok aktif. Mereka ikut menghirup asap rokok, bahkan lebih berisiko terserang penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
"Itu karena dia tidak tahu kalau asap yang dihirup akibat perokok aktif menyebabkan masalah," ujar Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Prof. dr. Faisal Yunus dalam sebuah webinar.
"Tidak sadarnya perokok pasif menimbun penyakit yang membuat dia tidak aware akan penyakit tersebut dan itu yang meningkatkan risiko," sambungnya.
Baca juga: UPDATE Harga Kopi Priangan Hari Ini, Sabtu 5 November 2022, Tembus Rp300 Ribu per Kilogram
Faktor lain yang membuat perokok pasif berisiko tinggi alami PPOK, kata Faisal, berkaitan dengan sidestream.
Artinya, asap rokok yang diembuskan perokok aktif masuk ke dalam tubuh orang di sekitarnya.
"Dan setelah diselidiki, asap rokok yang dikeluarkan perokok aktif lalu terhirup orang di sekitarnya, mengandung zat berbahaya lebih banyak. Jadi, itu kenapa perokok pasif punya peluang alami PPOK," tuturnya.
Baca juga: Jadwal Kereta Api Garut Cibatuan Hari Ini, Sabtu 5 November 2022, Lengkap Beserta Harga Tiketnya
Asap rokok yang dihirup perokok aktif dinamakan mainstream dan itu ternyata tidak jauh lebih berbahaya dari asap sidestream.
Mungkin Anda sering mendengar, perokok aktif namun tidak alami penyakit-penyakit yang berkaitan dengan saluran pernapasan.
Menurut Faisal, hal ini berkaitan juga dengan faktor lain, salah satunya kekebalan tubuh seseorang.
Baca juga: Jadwal Kereta Api KRD Bandung Raya Hari Ini, Sabtu 5 November 2022, Lengkap Beserta Harga Tiketnya
Semakin lemah sistem imunitasnya, maka racun yang masuk ke tubuh dan menginfeksi dengan mudah.
"Beberapa orang yang aktif merokok mungkin imunnya kuat, tubuhnya tidak begitu merasakan dampak buruk asap rokok. Tapi, jika merokok sudah jadi rutinitas, akan ada batas toleransi yang tidak dapat ditanggulangi tubuh dan menyebabkan masalah kesehatan, termasuk PPOK," tukasnya.