Aksi Mogok Berisiko, Pedagang Tempe di Ciamis Pilih Strategi Ini
Pedagang tahu dan tempe di Kabupaten Ciamis kemungkinan besar banyak yang tak melakukan aksi mogok berjualan
Laporan Kontributor TRIBUNPRIANGAN.COM Ciamis, Andri M Dani
TRIBUNPRIANGAN.COM, CIAMIS - Pedagang tahu dan tempe di Kabupaten Ciamis kemungkinan besar banyak yang tak melakukan aksi mogok berjualan. Hal tersebut dikarenakan sehari-hari mata pencaharian mereka dari berjualan dan tentu banyak konsumen juga yang bergantung dari bahan tahu dan tempe. Beberapa strategi dan siasat pun disiapkan para pedagang untuk mengimbangi harga kedelai yang naik.
Hal tersebut dikatakan oleh H Muslikh, seorang pedagang tempe asal Desa Cisadap. Ia menyebut akan tetap melakukan produksi untuk melayani konsumen. “Kemungkinan besar kami tetap produksi. Ini kan menyangkut kebutuhan sehari-hari,” ujar H Muslikh, Rabu (12/10/2022).
H Muslikh tak memungkiri jika kenaikan harga kacang kedelai telah menjadi beban berat bagi perajin tahu dan tempe. Apalagi bagi warga Desa Cisadap yang menjadi sentra produksi tahu tempe di Ciamis. Banyak warga yang menggantungkan hidupnya sebagai perajin tahu dan tempe.
“Biaya produksi sekarang memang naik tajam. Harga kacang kedelai sekarang sudah tembus Rp 13.000/kg, dua minggu lalu masih Rp 12.800/kg,” katanya.
Ia mengatakan setiap hari membutuhkan 500 kilogram kedelai untuk bahan baku pembuatan tempe.
“Karena sekarang harga kacang kedelainya semakin mahal. Produksi tempenya terpaksa dikurangi. Normalnya memang 5 kuintal kacang kedelai/hari. Tapi setelah harga kacang kedelainya naik terpaksa dikurangi jadi 4 kuintal,” ujar H Muslikh.
Selain mengurangi tingkat produksi, akibat kenaikan harga kacang kedelai tersebut, Ia terpaksa mengurangi ukuran tempe buatannya. “Harga tetap, tapi ukuran tempenya diperkecil,” katanya.(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/priangan/foto/bank/originals/ilustrasi-tahu-dan-tempe.jpg)