PELATIH PSGC: Tragedi Kanjuruhan Mengerikan dan Menakutkan

Sebagai rasa soidaritas dan empati kepada tragedi Kanjuruhan, ratusan pencinta sepakbola dari berbagai elemen di Kabupaten Ciamis

Editor: ferri amiril
tribunpriangan.com/andri m dhani
Berbagi elemen pencinta sepak bola di Kabupaten Ciamis menggelar doa bersama dan menyalakan lilin di area parkir Stadion Galuh Ciamis 

Laporan Kontributor TRIBUNPRIANGAN.COM Andri M Dhani

TRIBUNPRIANGAN.COM, CIAMIS - Sebagai rasa soidaritas dan empati kepada tragedi Kanjuruhan, ratusan pencinta sepakbola dari berbagai elemen di Kabupaten Ciamis berkumpul di areal parkir Stadion Galuh Ciamis, menyalakan lilin dan menggelar doa bersama Senin (3/10/2022) selepas salat Isya. Pencinta sepakbola yang menggelar dia bersama terdiri dari Viking Galuh (bobotoh Persib), Balad Galuh (suporter fanatik PSGC), Galuh Curva Sud, Ultras dan berbagai komunitas suporter lainnya.

Hadir jug a 15 orang pemain PSGC berikut pelatih PSGC, Heri Rafni Kotari yang baru pulang dari Karawang setelah babak penyisihan Grup C Liga 3 Seri 1 Regional Jabar. Meski diguyur gerimis mereka tetap semangat menyalakan lilin dan melantunkan doa bersama untuk korban tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang  menewaskan sebanyak 130 nyawa.

“Apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan itu sungguh memprihatinkan dan mengerikan.  Sepak bola yang seharusnya jadi pemersatu, jadi tontonan yang menghibur malah jadi tragedi. Menjadi suatu yang menakutkan,” ujar Ketua Viking Galuh, Tatang Hermanto yang akrab disapa Te Be.

Tatang menduga ada miskomunikasi sehingga terjadi kejadian yang menyebabkan ratusan nyawa melayang. “Semoga korban yang meninggal diterima di sisiNYA,” katanya.

Hal senada dikatakan Dian Gojin, Ketua Balad Galuh, suporter fanatik PSGC. Tragedi Kanjuruhan memberikan pelajaran berarti untuk semua pencinta bola.

“Kejadian di Kanjuruhan tersebut diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak. Termasuk bagi suporter yang ada di Ciamis. Suporter bisa lebih dewasa. Saling menghargai dan saling bersilaturahmi. Sepak bola merupakan olahraga pemersatu, bukan pemecah belah,” ujar Dian Gojin.

Pelatih PSGC yang juga mantan pemain Persib, Heri Rafni Kotari mengatakan sejarah lahir sepak bola itu merupakan olahraga untuk bersenang-senang, bersuka cita. “Sejarahnya sepak bola dulu lahir adalah cara tentara bersenang-senang bergembira setelah menang perang,” ujar coach Heri Rafni KOtari.

Menurutnya kejadian Kanjuruhan adalah suatu hal yang mengerikan dan menakutkan. Kejadian yang menimbulkan kesedihan karena banyak nyawa yang melayang sia-sia.

“Selama saya berkarier di sepak bola, inilah kejadian yang sangat mengerikan  yang terjadi di stadion di tanah air. Ini harus menjadi perhatian dan pelajaran bagi semua pihak yang terlibat dalam pesepakbolaan tak hanya suporter dan pihak pengamanan saja tetapi juga semua yang terlibat,” katanya.

Ia berharap kejadian tersebut membuat persebakbolaan di tanah air bankit dan lebih profesional.(*)

 

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved