Naskah Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat 14 November 2025: 4 Poin Penting Membuat Berkah Rezeki dan Hidup Pengais Rezeki

Naskah Khutbah Jumat 14 November 2025: 4 Poin Penting Membuat Berkah Rezeki dan Hidup Pengais Rezeki

Ilustrasi
KHUTBAH JUMAT TERBARU - Naskah Khutbah Jumat 14 November 2025: 4 Poin Penting Membuat Berkah Rezeki dan Hidup Pengais Rezeki. Ilustrasi berdoa meminta rezeki (Arsi Bank Foto) 

TRIBUNPRIANGAN.COM - Khutbah Jumat, merupakan elemen penting yang tak bisa dipisahkan dalam setiap pelaksanaan Shalat Sunnah Jumat setiap pekan.

Dalam penyampaiannya khutbah jumat sangat ditekankan agar bisa dipersingkat.

Anjuran ini datang untuk memudahkan dan mempercepat penyampaian khutbah agar singkat terdapat di dalam sebuah hadits riwayat Muslim dan Ahmad,

عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ طُولَ صَلاَةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيلُوا الصَّلاَةَ وَاقْصُرُوا الْخُطْبَةَ وَإِنَّ مِنْ الْبَيَانِ سِحْرًا (رواه مسلم وأحمد)

Artinya: "Dari Ammar Ibn Yasir (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesunggunguhnya panjangnya sholat dan pendeknya khutbah seorang khatib adalah tanda kepahaman seseorang tentang agama. Oleh karena itu panjangkanlah sholat dan persingkatlah khutbah; sesungguhnya dalam penjelasan singkat ada daya tarik." (HR Muslim dan Ahmad).

Berbagai judul pun semestinya bisa diangkat dalam setiap penyampaian khutbah oleh para khatib.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 14 November 2025: Siksa Neraka yang Sangat Mengerikan

Mulai dari tauhid, dasar beragama, hubungan dengan Allah, hubungan dengan muslim lain juga lingkungan, hukum-hukum penting dalam islam, halal haram, pernikahan, hingga kematian.

Untuk itu TribunPriangan ingin membantu menghadirkan berbagai judul yang bisa menjadi acuan penyampaian khutbah saat shalat jumat, salah satunya yang akan dibahas dalam artikel ini dengan judul "4 Poin Penting Membuat Berkah Rezeki dan Hidup Pengais Rezeki".

Pasalnya, manusia sering kali terjebak dalam lingkaran kebutuhan yang tak pernah berakhir, dan terus-menerus mencari validasi dari orang lain, membandingkan hidup kita dengan orang lain, dan merasa tidak cukup. 

Padahal ada sebuah kebenaran yang sering kali kita lupakan: keberkahan rezeki tidak terletak pada jumlah harta benda yang kita miliki, tapi pada bagaimana kita menghargai dan memanfaatkan apa yang kita punya.

Khutbah I    

‎الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَوْضَحَ لَنَا شَرَائِعَ دِيْنِهِ وَمَنَّ عَلَيْنَا بِتَنْزِيلِ كِتَابِهِ وَأَمَدَّنَا بِسُنَّةِ رَسُولِهِ، فَلِلّٰهِ الْحَمْدُ عَلَى مَا أَنْعَمَ بِهِ مِنْ هِدَايَتِهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْإِنْسَانِ مُبَيِّنًا عَلَى رِسَالَةِ الرَّحْمَنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ جَمِيْعًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مُوْقِنٍ بِتَوْحِيْدِهِ، مُسْتَجِيْرٍ بِحَسَنِ تَأْيِيْدِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ الْمُصْطَفَى، وَأَمِيْنُهُ الْمُجْتَبَي وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَافَةِ الْوَرَى

أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى: بِسْمِ اللّٰهِ الرّٰحْمَنِ الرّٰحِيْمِ، وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِینَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ   

Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 14 November 2025: Keistimewaan Hari Jumat

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah  

Alhamdulillah segala puji kita haturkan kepada Allah Ta’ala yang telah menganugerahkan kita berbagai kenikmatan, terutama adalah keimanan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW, yang telah menjadi pelita bagi dunia, menerangi kita dari kehinaan kufur dan perbuatan-perbuatan tercela menuju cahaya keimanan dan perilaku yang terpuji.   

Dalam kesempatan yang mulia ini, khatib berwasiat kepada hadirin sekalian, khususnya untuk diri khatib pribadi, untuk bersama-sama kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya. Dengan takwalah hidup akan menjadi lebih bermakna, dan dengan takwa pula seorang hamba akan mendapatkan segala yang dicita-citakan. Allah Ta’ala berfirman: 

‎وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا   

Artinya, “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS At-Thalaq: 2-3).   

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 14 November 2025: Buruk Sangka Kepada Allah SWT Itu Perbuatan Tercela

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah  

Kadang secara tidak Sadar kita masih sering salah dalam memaknai rezeki, Imam Sya’rawi, dalam kitab tafsirnya menyatakan bahwa:    ‎

وَالرِزْقُ هُوَ مَا انْتَفَعَ بِهِ الْإِنْسَانُ، وَإِنْ كَانَ النَّاسُ يَنْظُرُونَ إِلَى الرِزْقِ عَلَى أَنَّهُ الْمَادَّةُ فَقَطْ؛ مِنْ مَالٍ وَأَرْضٍ وَعَقَارٍ وَطَعَامٍ وَلِبَاسٍ، وَلَكِنَّ الْحَقِيقَةَ أَنَّ الرِزْقَ مَجْمُوعُ أَشْيَاءَ مُتَعَدِيدَةٍ؛ مِنْهَا مَا هُوَ مَادِيٌّ وَمَا هُوَ مَعْنَوِيٌّ.   

Artinya, “Rezeki adalah perkara yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, meskipun mayoritas orang hanya melihat rezeki hanya bersifat materi saja, seperti uang, tanah, pekarangan, makanan dan pakaian saja. Namun, pada hakikatnya rezeki merupakan kumpulan berbagai hal yang dapat dimanfaatkan, termasuk yang berupa materi atau non materi,”   

Maka dengan mengikuti pengertian ini seharusnya kita paham bahwa rezeki tidaklah harus berupa harta benda semata. Dengan kesalahan pengertian inilah, kita sering terjebak dalam kebutuhan yang tidak pernah berakhir, terlebih di zaman ketika banyak orang haus akan validasi atau pengakuan seperti saat ini. Hal inilah menyebabkan kita selalu membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain dan selalu merasa kurang. 

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 14 November 2025: Nikmatnya Surga dan Pedihnya Neraka

Padahal Allah Ta’ala telah berfirman dalam surat Hud ayat 6:    

‎وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا، وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ   

Artinya: “Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”.   

Ayat ini merupakan jaminan dari Allah Ta’ala kepada seluruh makhluk hidup agar tidak risau dalam urusan rezeki, Karena rezeki sudah dijamin oleh Allah Ta’ala kepada siapa dan dimanapun berada, semua akan tepat pada porsinya.    

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah 

Ada dua alasan mendasar seseorang selalu merasa kurang dan kurang diberkahi rezekinya. Pertama, salah memaknai tentang rezeki, kedua adalah lalai bahwa rezeki adalah jaminan langsung dari Allah Ta’ala. Maka kita perlu berbenah diri dan menjalankan cara meraih rezeki yang halal, di antaranya:   

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 14 November 2025: Bahaya Julid dalam Diri Seorang Muslim

Pertama adalah dengan selalu bersyukur, mari bersama-sama kita syukuri semua hal yang telah dianugerahkan Allah Ta’ala kepada kita, mulai dari hal yang paling sering dilupakan yaitu nafas, coba kita bayangkan apabila Allah tidak memberi oksigen kepada kita, tentu kita tidak akan bisa hidup dan menikmati nikmat-nikmat Allah yang lain.    

Kedua adalah selalu bertawakal kepada Allah Ta’ala dengan tidak melupakan bekerja, yakni dengan selalu percaya dan yakin akan jaminan rezeki dari Allah kepada semua makhluk-Nya dan disertai usaha sungguh-sungguh mencari rezeki yang halal.    

Ketiga yaitu dengan menjaga pola hidup sederhana dan meningkatkan sedekah. Dengan menjaga pola hidup sederhana, kita akan mendapatkan ketenangan dalam menyikapi setiap hal, tidak akan mudah risau terhadap pencapaian orang lain, terlebih ditambah meningkatkan sedekah, tentu hal ini akan menjadikan rezeki kita berkah dan bermanfaat bagi sesama.    

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah 

Keempat, dengan meningkatkan ibadah dan doa. Ibadah dan doa merupakan simbol kehambaan orang beriman, dari sinilah kita dapat mencari ketenangan. Terlebih dalam merasakan keberkahan rezeki, kita semua tentu mengetahui bahwa Allah Ta’ala memberi kita rezeki bahkan memberi kita kehidupan sejatinya hanya untuk beribadah kepada-Nya,maka keberkahan rezeki yang paling agung adalah dengan menggunakan rezeki dan seluruh nikmat yang diberikan Allah Ta’ala untuk ibadah kepada-Nya.   

Mari kita renungkan kembali sabda baginda nabi Muhammad SAW dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar r.a:   

‎اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَداً وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَداً   

Artinya, “Bekerjalah untuk duniamu seolah akan hidup selamanya, dan beramalah untuk akhiratmu seolah engkau akan mati esok hari.”    
Sabda baginda nabi tersebut, secara tersirat menekankan akan pentingnya proporsional dalam mencari rezeki di dunia dan sungguh-sungguh menjadikan rezeki yang telah dicari di dunia untuk menggapai kesuksesan dalam mencari pahala untuk bekal menuju akhirat.  

Inilah kesimpulan bahwa rezeki berkah adalah rezeki yang dapat mendekatkan pemilik rezeki dengan dzat yang telah memberinya rezeki yaitu Allah Ta’ala, dan dapat menjadikan rezekinya menjadi jalan untuk mendapat ampunan dan rahmat dari Allah Ta’ala.    

Bukan rezeki untuk mencari validasi, bukan pula rezeki yang membuat gengsi kita semakin tinggi apalagi rezeki yang digunakan untuk maksiat kepada sang pemberi rezeki yakni Allah Ta’ala. Sungguh rezeki semacam ini bukan merupakan rezeki yang berkah, namun merupakan cobaan yang akan menyeret kita ke jurang kehinaan dalam neraka.    

Allah Ta’ala menekankan agar orang beriman tidak terbuai dalam banyaknya harta benda yang tidak mengingatkan kepada-Nya dalam ayat pertama surat At-Takatsur:  

 اٰلْهَكُمُ التَّكَاثُرُ  

Artinya: “Berbangga-bangga dengan memperbanyak harta benda dunia telah melalaikanmu”.   Dalam ayat ini Imam Al-Khazin memberikan nasihat sebagai berikut: "Maka seyogianya orang mukmin yang berakal menjadikan usaha dan kesibukannya untuk mendahulukan hal yang terpenting, yaitu melakukan aktivitas yang dapat mendekatkannya kepada Allah. Bangga diri dengan harta, pangkat, relasi dan kerabat merupakan kebanggaan diri dengan derajat paling hina, dan tersibukkan dengan hal tersebut akan mencegahnya untuk mengapai kebahagiaan ukhrawi yang merupakan kebahagiaan yang kekal abadi." (Abul Hasan Ali bin Muhammad Al-Khazin, Lubabut Ta'wil Fi Ma'ani Tanzil, [Beirut, Darul Kutub Ilmiyah: 1415 H], juz IV, halaman 464).   

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah Demikian khutbah Jumat yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi penyemangat kita dalam mencari rezeki yang halal dan berkah. Aamiin ya rabbal alamin.  

 ‎بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ   

Khutbah II  

 ‎اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أما بعد: اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ  

‎إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ،  ‎اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ   ‎اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ  رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ   ‎عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ 
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ  

(*)

Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved