TRIBUNPRIANGAN.COM - Ramadhan datang dengan berbagai keberkahan dan keutamaan.
Selama sebulan penuh, umat Islam seluruh dunia serentak melaksanakan ibadah puasa dengan niat memenuhi perintah Allah.
Dalam Islam, selain bernilai ibadah dan bukti ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya, puasa memiliki banyak keutamaan.
Adapun, hari Jumat 14 Maret bertepatan dengan hari Jumat kedua di Bulan Ramadhan 1446 h.
Salah satu rukun pada hari Jumat adalah penyampaian Khutbah oleh sang khatib.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 7 Maret 2025: Hikmah Menjaga Pahala Puasa di Bulan Mulia
Ajuran untuk menyampaikan khutbah secara singkat terdapat di dalam sebuah hadits riwayat Muslim dan Ahmad berikut ini.
عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ طُولَ صَلاَةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيلُوا الصَّلاَةَ وَاقْصُرُوا الْخُطْبَةَ وَإِنَّ مِنْ الْبَيَانِ سِحْرًا (رواه مسلم وأحمد)
Artinya: "Dari Ammar Ibn Yasir (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesunggunguhnya panjangnya sholat dan pendeknya khutbah seorang khatib adalah tanda kepahaman seseorang tentang agama. Oleh karena itu panjangkanlah sholat dan persingkatlah khutbah; sesungguhnya dalam penjelasan singkat ada daya tarik." (HR Muslim dan Ahmad).
Ada berbagai jenis topik khutbah Jumat, namun kali ini TribunPriangan.com ingin mengulas 3 judul khutbah singkat dengan tema Puasa Ramadhan, yang dirangkum dari NU Online.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 14 Maret 2025: Momen Puasa Untuk Tingkatkan Ketakwaan Sosial
- Naskah Khutbah Jumat : Menjaga Kualitas Puasa di Era Digital
Khutbah I
اَلْحَمْدُ ِللهِ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوٰى. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ الْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. يَاۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءٰمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur dari dalam hati, ucapan, dan tindakan atas segala karunia nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah swt dalam kehidupan kita.
Ungkapan syukur ini diharapkan pula semakin menguatkan ketakwaan kepada Allah dalam wujud menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi laranganNya.
Ketakwaan ini sendiri merupakan tujuan sekaligus barometer kesuksesan seseorang dalam menjalankan puasa yang saat ini sedang kita laksanakan di bulan suci Ramadhan.
Hal ini ditegaskan di ujung ayat 183 dari Al-Qur’an surat Al-Baqarah:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Untuk menggapai predikat takwa ini, tentu harus ada upaya dari diri kita untuk senantiasa memprioritaskan kualitas dalam pelaksanaan ibadah puasa. Bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, namun harus ada komitmen untuk menahan diri dari perbuatan yang dapat menghilangkan keutamaan dan pahala puasa.
Upaya untuk meningkatkan kualitas puasa ini dari waktu ke waktu, dari zaman ke zaman terus mengalami tantangan baik dari setiap individu maupun lingkungan, terlebih saat ini kita hidup di tengah era digital.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Seiring dengan perkembangan informasi dan teknologi saat ini, kita bisa merasakan bersama bagaimana derasnya informasi yang beredar di tengah-tengah masyarakat. Semua itu terjadi karena kemudahan-kemudahan yang disuguhkan teknologi untuk membantu manusia.
Kemudahan yang disuguhkan oleh teknologi ini seperti dua sisi mata uang yang memiliki dampak positif dan juga dampak negatif. Hal yang baik di tengah era digital harus kita maksimalkan dan hal negatifnya harus kita buang. Maksimalisasi sisi positif dari kemudahan di era digital bagi puasa kita ini bisa kita lakukan dengan memanfaatkannya sebagai wasilah atau alat dalam mempertebal keimanan serta meningkatkan ilmu dan pengetahuan tentang agama.
Saat ini, bisa dengan mudah kita dapatkan mauidzah hasanah, ceramah agama, ataupun kajian berbagai jenis kitab melalui berbagai platform program di internet. Melimpahnya konten-konten semacam ini harus bisa kita manfaatkan khususnya di Ramadhan ini. Namun kemudahan ini juga harus diiringi dengan selektivitas tinggi dalam memilih kajian agama di internet khususnya media sosial seperti Youtube, Facebook, dan sejenisnya.
Kehati-hatian memilih kajian Islam ini agar kita benar-benar belajar ilmu agama dari ulama yang benar, jelas silsilah keilmuannya, serta alim dalam bidangnya. Dengan maksimalnya kita memberi asupan rohani yang tepat pada diri kita selama bulan puasa, maka insyaAllah kualitas puasa kita pun akan meningkat.
Ketika rohani kita mampu terisi dengan asupan positif, maka kita pun akan memiliki ghirah (semangat) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah lainnya di bulan suci Ramadahan ini. Shalat berjamaah menjadi semangat, membaca Al-Qur’an semakin meningkat, kepedulian terhadap sesama melalui zakat dan sedekah juga akan semakin kuat, serta ibadah-ibadah lain juga akan dapat dilakukan dengan nikmat.
Terlebih di bulan Ramadhan, pahala atas ibadah dan kebaikan kita akan mendapatkan pahala berlipat-lipat. Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim menyebutkan:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
Artinya: “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.”
Sementara itu, Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Perkembangan di era digital saat ini juga memiliki dampak negatif bagi kualitas ibadah puasa. Hal ini jika kita terlena dengan pemanfaatan media digital yang tidak terkendali. Ambil contoh saja, dengan kemudahan yang ada, kita menghabiskan waktu hanya untuk berselancar dan bermalas-malasan dengan HP kita setiap hari.
Kemudahan dalam mengakses dan kurang waspadanya kita dalam memilih berbagai konten internet, juga semakin memberi peluang kita menemukan serta melakukan banyak maksiat. Jika zaman dulu kemaksiatan dilakukan dengan cara konvensional maka saat ini, kemaksiatan bisa juga dilakukan dengan cara digital, sengaja maupun tidak sengaja.
Naudzubillah. Belum lagi dampak negatif lain ketika kita banyak bermedia sosial seperti melakukan ghibah, namimah, ujaran kebencian, terpapar hoaks, dan pertengkaran di media sosial. Semua itu sudah dipastikan akan sangat menurunkan kualitas ibadah puasa kita. Alih-alih mendapatkan pahala, kita bisa hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja dari ibadah puasa yang kita lakukan.
Rasulullah bersabda:
عَنْ أَبِي هريرة قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إَّلا الْجُوْعِ وَالْعَطْش
Artinya, “Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ‘Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapat pahala puasa kecuali hanya lapar dan haus saja.” (HR An-Nasai).
Oleh karena itu, Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah ke depan kita bijak dalam beraktivitas di era digital, khususnya di bulan Ramadhan ini untuk meningkatkan kualitas puasa kita. Kuatkan dalam diri untuk menggunakan teknologi digital secara hati-hati dan hanya untuk hal-hal yang bermanfaat saja sehingga kita bisa terhindar dari dosa-dosa digital. Amin
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهٗ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، َأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 14 Ramadhan 1446 H: Amal Saleh di Setiap Malam Ramadhan
- Khutbah Jumat : Hidupkan Malam Ramadhan dengan Amal Saleh
Khutbah I
الْحَمْدُ للهِ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ, يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ اَللّٰهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَكَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ, وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan shalat Jumat. Nikmat yang harus digunakan dalam rangka memenuhi syariat yang telah ditetapkan-Nya. Shalawat beserta salam, mari kita haturkan bersama kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Aamiiin ya Rabbal ‘alamin.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Saat ini kita berada di dalam bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang mulia. Pada bulan ini Al-Qur’an turun, juga pada bulan ini malam lailatul qadar berada. Pada bulan ini pula umat Islam seluruh dunia diwajibkan melaksanakan puasa selama satu bulan penuh.
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Banyak riwayat hadits yang menjelaskan keutamaan bulan Ramadhan. Termasuk keutamaan menghidupkan malam Ramadhan dengan berbagai macam ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala. Kita simak hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya, “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa beribadah di bulan Ramadhan dalam keadaan beriman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari).
Hadits di atas menjelaskan keutamaan beribadah di bulan Ramadhan. Pada hadits tersebut dijelaskan bahwa orang-orang yang memurnikan diri beribadah kepada Allah di bulan Ramadhan dengan niat yang tulus dan mengharapkan pahala dari-Nya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.
Imam Al-Qasthalani dalam kitabnya Irsyadus Sari juz I, hal 178 menjelaskan bahwa arti hadits di atas ialah, “Siapa pun yang menghidupkan malam bulan Ramadhan dengan melaksanakan ketaatan, seperti shalat tarawih, dalam keadaan beriman kepada Allah dan dengan niat yang tulus, akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu. Ini mencakup dosa-dosa kecil, dan dengan anugerah serta rahmat-Nya, juga bisa mencakup dosa-dosa besar, sebagaimana tercermin dalam lafadz hadits tersebut.”
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Salah satu tujuan menghidupkan malam bulan Ramadhan dengan berbagai ibadah adalah untuk meraih malam Lailatul Qadar, yang lebih baik dari seribu bulan. Pada malam ini, seluruh Al-Qur'an diturunkan secara keseluruhan dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia, sebelum diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun.
Lailatul Qadar adalah malam penuh berkah yang disembunyikan oleh Allah dalam bulan Ramadhan setiap tahunnya, dan tidak ada yang mengetahui dengan pasti kapan terjadinya. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya, “Dari Abi Hurairah ra, dari Nabi Muhammad saw bersabda: “Siapa saja yang menghidupkan malam lailatul qadar dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari-Nya, maka dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni, barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dalam keadaan iman dan mengharapkan pahala dari-Nya maka dosanya yang telah berlalu akan diampuni”. (HR. Bukhari).
Dalam hal ini menghidupkan malam Ramadhan dengan berbagai macam ibadah sangat dianjurkan dalam Islam. Terlebih pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Pada malam-malam tersebut Rasulullah SAW akan lebih giat lagi menghidupkan malamnya untuk beribadah kepada Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Artinya, “Dari Aisyah ra, berkata: Rasululullah saw ketika memasuki 10 malam terakhir akan mengencangkan sabuknya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari).
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghidupkan malam bulan Ramadhan, di antaranya:
Pertama, mari kita lakukan shalat Isya berjamaah, lalu dilanjutkan dengan shalat Tarawih, Witir, dan shalat malam lainnya. Lakukan semua ini dengan niat ikhlas, mengharapkan ridha Allah SWT. Seperti yang dijelaskan dalam syarah hadits, salah satu makna "qama ramadhana" adalah melaksanakan shalat Tarawih.
Kedua, bacalah Al-Qur'an dengan niat mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadits, disebutkan bahwa selama bulan Ramadhan, Nabi Muhammad SAW menjadi lebih dermawan dan setiap hari bertemu Jibril untuk membaca Al-Qur'an.
Ketiga, mari kita beri’tikaf di masjid, terutama pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam hadits berikut:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ
Artinya, “Dari Abdullah bin Umar ra berkata, ‘Rasulullah saw rutin melakukan i’tikaf pada 10 hari terakhir dari Ramadhan’.” (HR. Bukhari).
Kesimpulannya, bulan Ramadhan adalah momen sekali dalam setahun umat Islam mendapatkan banyak ruang untuk meningkatkan kualitas ibadah. Oleh karenanya, selayaknya bagi kita untuk memanfaatkannya sebaik mungkin untuk beribadah kepada Allah. Terlebih di malam hari dengan harapan mendapatkan keutamaan malam lailatul qadar.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 14 Ramadhan 1446 H: Menjemput Lailatul Qadar dengan Ibadah secara Optimal
- Khutbah Jumat : Menjemput Lailatul Qadar dengan Ibadah secara Optimal
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Hadirin pendengar Khutbah Jumat yang mulia
Puji dan syukur pada Allah swt yang telah memberikan kita kesempatan dan kesehatan, sehingga bisa melaksanakan shalat Jumat berjamaah. Shalawat dan salam pada Rasulullah saw, yang akan mengantarkan kita pada syafaat kelak. Amin.
Mari kita tingkatkan kesadaran dalam bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takw. Kita dianjurkan untuk bertakwa kepada Allah. Pasalnya, hanya takwa dan iman yang menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat kelak.
Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Di tengah kemuliaan bulan Ramadhan, tersembunyi suatu malam istimewa yang tak tertandingi, yaitu lailatul qadar. Al-Quran melukiskan malam ini sebagai malam yang melebihi 1000 bulan dalam kemuliaannya. Lailatul qadar bagaikan gerbang rahmat dan ampunan Allah yang terbuka lebar, menyapa hamba-hamba yang beriman.
Pada malam ini, langit dihiasi dengan turunnya para malaikat, membawa berkah dan kedamaian bagi bumi. Bagi umat Islam yang beribadah dengan penuh khusyuk, malam ini menjadi momen istimewa untuk meraih pahala yang berlipat ganda. Allah berfirman dalam surat Al-Qadr ayat 1-5:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ(1) وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ (3) تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ (4) سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ (5)
Artinya, "(1) Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada lailatul qadar. (2) Tahukah kamu apakah lailatul qadar itu? (3) Lailatul qadar lebih baik daripada 1000 bulan. (5) Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. (6) Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar."
Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Imam Al-Qurthubi dalam kitab Al-Jami' li Ahkamil Qur'an, jilid 20 halaman 130 menjelaskan, malam itu disebut lailatul qadar karena kemuliaan dan keutamaannya dibandingkan malam-malam lainnya.
Di malam ini, Allah swt menurunkan rahmat dan ampunan yang berlimpah. Pun amalan yang dilakukan pada malam lailatul qadar memiliki nilai dan pahala yang tak terhingga. Ibadah yang dilakukan di malam ini nilainya lebih baik daripada 1000 bulan.
وَقِيلَ: إِنَّمَا سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِعِظَمِهَا وَقَدْرِهَا وَشَرَفِهَا، مِنْ قَوْلِهِمْ: لِفُلَانٍ قَدْرٌ، أَيْ شَرَفٌ وَمَنْزِلَةٌ. قَالَهُ الزُّهْرِيُّ وَغَيْرُهُ. وَقِيلَ: سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِأَنَّ لِلطَّاعَاتِ فِيهَا قَدْرًا عَظِيمًا، وَثَوَابًا جَزِيلًا
Artinya, "Disebutkan sebagai lailatul qadar karena kemegahan, kemuliaan, dan kehormatannya. Hal ini berdasarkan perkataan orang Arab, "Fulan memiliki qadar," yang berarti memiliki kemuliaan dan kedudukan. Ini dikemukakan oleh Imam Az-Zuhri dan lainnya. Dikatakan pula, disebut lailatul qadar karena ketaatan di dalamnya memiliki kedudukan yang agung dan pahala yang berlimpah. Demikian penjelasan Imam Al-Qurthubi tentang penamaan lailatul qadar dalam kitab Al-Jami' li Ahkamil Qur'an.
Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Namun, kapan tepatnya lailatul qadar datang? Jawabannya adalah itu misteri Tuhan. Al-Quran dan hadits tidak menyebutkan secara gamblang tanggal dan waktunya. Hal ini justru menjadi salah satu keistimewaan lailatul qadar yang mendorong umat Islam untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan mereka di seluruh bulan Ramadhan.
Meskipun waktu pastinya tidak diketahui, Rasulullah saw memberikan beberapa petunjuk.
Diriwayatkan dalam hadits shahih, lailatul qadar jatuh pada 10 malam terakhir Ramadhan, lebih khusus lagi pada malam-malam ganjil. Rasulullah saw bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَان
Artinya, "Carilah lailatul qadar pada tanggal gasal dari 10 terakhir bulan Ramadhan." (HR Al-Bukhari). Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah saw meningkatkan intensitas ibadah dengan memperbanyak amalan seperti i'tikaf, shalat malam, dan membaca Al-Quran. Beliau tak hanya menjalani sendiri, tapi juga mengajak keluarganya untuk turut merasakan kekhusyukan dan keberkahan waktu mulia ini. Dalam hadits riwayat Al-Bukhari disebutkan:
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Artinya, "Dari Aisyah ra, ia berkata: "Ketika Nabi saw memasuki 10 hari terakhir (Ramadhan), beliau mengencangkan ikat pinggangnya (untuk lebih giat beribadah), menghidupkan malamnya (dengan ibadah), dan membangunkan keluarganya (untuk beribadah)." (HR Al-Bukhari).
Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Marilah kita manfaatkan sisa bulan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya. Mengoptimalkan ibadah dan doa agar kita mendapatkan malam lailatul qadar. Semoga Allah swt memberikan kita kesempatan untuk bertemu dengan malam lailatul qadar dan menerima limpahan rahmat dan ampunan-Nya. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْمُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ أَمَّا بَعْدُ فَيآ أيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا، فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ، عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً، وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
(*)
Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News