Kisah Cresentia Sangur, Anak Tukang Servis Barang Elektronik Jadi Praja IPDN

Penulis: Kiki Andriana
Editor: ferri amiril
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Cresentia Sangur patut berbangga, usahanya yang keras untuk bisa masuk Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) kini terwujud. 

Laporan Kontributor TribunPriangan.com Sumedang, Kiki Andriana

TRIBUNPRIANGAN.COM, SUMEDANG - Cresentia Sangur patut berbangga, usahanya yang keras untuk bisa masuk Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) kini terwujud. 

Pernah sekali gagal karena kurang nilai pada Seleksi Kompetensi Dasar (SKD), putri Provinsi Papua Selatan, Kabupaten Merauke itu kini dikukuhkan sebagai praja pratama IPDN Angakatan XXXV. 

"Awal mulanya saya dapat cerita tentang IPDN dari guru saya waktu SMP, guru saya anaknya di IPDN, ibu bilang ke saya agar saya masuk juga ke IPDN," kata Cresentia seusai pengukuhan Praja Pratama IPDN Angkatan XXXV di Lapangan Parade, Kampus IPDN, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Kamis (3/10/2024). 

Guru itu telah meninggal dunia. Namanya, Tionar Sihombing. Namun, cerita tentang IPDN membekas di hati Cresentia. 

"Setelah SMA, saya persiapkan dari kelas 2 SMA, cari tahu informasi mengenai masuk ke IPDN," katanya. 

Dia berkisah, ibu dan ayahnya masih ada. Dan keduanya tidak datang ke Jatinangor untuk menghadiri pengukuhannya.

"Profesi ayah saya wiraswasta, servis elektronik di rumah. Orang tua tidak datang, mama dan bapa tidak datang saja, tidak dikasih tahu alasannya," katanya. 

Daftar ke IPDN bukan kali pertama baginya. Pada tahun 2023, dia pernah mendaftar dan hanya sampai pada tes SKD. 

"Sebelumnya saya pernah jatuh, pernah tahun lalu 2023, gagal. Saya lulus SMA di tahun itu ada pendaftaran IPDN, daftar tapi jatuh di perangkingan SKD,"

"Saya masih sedih, kecewa pada diri sendiri bahkan mental down, tapi saya tidak mau berlarut-larut, saya tidak mau terpuruk, saya berubah,"

"Perbanyak olahraga, perbanyak belajar. Belajar otodidak sendiri, pakai aplikasi, video di yutube, persiapkan fisik dan mental," katanya. 

Dia yakin, menjadi praja IPDN adalah cara untuk mengangkat derajat keluarganya.  

"Karena ini yang harus saya capai dan ini harus sampai dapat untuk membanggakan kedua orag tua saya," kata anak sulung dari 7 bersaudara itu. 

Dia mengatakan, ketiadaan ibu dan ayahnya di Jatinangor saat ini untuk menghadiri pengukuhan dirinya sebaga praja IPDN membuatnya sedih. Tapi dia yakin, orang tuanya selalu mendoakannya. 

"Perasaan sedih, tapi saya yakin di kota saya ada orang tua saya telah membawa saya di dalam doa, saya kuat di sini dan nanti ada ibu pengasuh di sini," katanya.(*)