Pesawat Latih Jatuh di Ciampea
Profil Marsma TNI Fajar Adriyanto, Mantan Kadispenau yang Gugur Saat Pesawat Latih Jatuh di Ciampea
Profil Marsma TNI Fajar Adriayanto, mantan Kadispen AU dan penerbang F-16, gugur dalam insiden pesawat latih jatuh di Ciampea Bogor.
Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
TRIBUNPRIANGAN.COM - Profil Marsma TNI Fajar Adriayanto, mantan Kadispen AU dan penerbang F-16, gugur dalam insiden pesawat latih jatuh di Ciampea Bogor.
Pesawat latih PK-S216 jatuh di kawasan tempat pemakaman umum (TPU) Benteng, Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Minggu (3/8/2025).
Warga berbondong-bondong untuk menyaksikan bangkai pesawat ini.
Satu pilot pesawat latih ini dikabarkan meninggal dunia dan satu sipil yang sedang berada di dalam pesawat itu mengalami luka.
Warga sekitar Enjat Sudrajat mengatakan, kejadian ini terjadi sekira pagi tadi.
Saat itu, pesawat berputar-putar rendah dan tiba-tiba langsung terjatuh.
“Saya melihat pesawat itu miring. Dan saya lihat coba untuk naik lagi. Tapi, tiba-tiba jatuh,” kata Enjat kepada TribunnewsBogor.com di lokasi.
Saat hendak jatuh, Enjat mendengar suara gemuruh yang sangat kencang.
“Gemuruh aja gitu. Lumayan kencang. Cuman gak lama suaranya karena langsung jatuh kan,” ujarnya.
Baca juga: Perwira Tinggi TNI AU Marsma Fajar Adriyanto Jadi Korban Pesawat Latih Jatuh di TPU Benteng Ciampea
Terkait identitas pilot pesawat latih itu diungkapkan akun X, Sisi Mawar Biru @susilawati66974 dalam unggahan ucapan duka cita.
"Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Berita duka, telah terjadi crashed, pesawat FASI, PK-S216 jatuh di Ciampea untuk pilot Marsma TNI Fajar Adrianto meninggal dunia," tulisnya.
Hal itu dikonfirmasi oleh Kadispen AU I Nyoman Suadnyana. "Iya, betul, beliau kecelakaan," kata dia.
Profil Marsma TNI FAjar Adriyanto
Dilansir dari wikipedia, Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto (lahir 20 Juni 1970) adalah seorang perwira tinggi TNI-AU yang sejak 6 Desember 2024 mengemban amanat sebagai Kapoksahli Kodiklatau.
Fajar, merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1992[2] dan menjadi penerbang pesawat tempur F-16 Fighting Falcon yang memiliki callsign "Red Wolf".
Ia juga merupakan alumni dari SMA Negeri 1 Malang tahun 1989. Ia pernah mengemban jabatan sebagai komandan Skadron 3 Lanud Iswahyudi dari tahun 2007 - 2010, Komandan Pangkalan TNI AU (Lanud) Manuhua, Biak, pada 8 Oktober 2017 hingga 6 Mei 2019 dan Kepala Dinas Penerangan TNI AU dari 6 Mei 2019 hingga 18 November 2020.
Fajar, juga salah seorang pelaku sejarah atas peristiwa terjadinya duel tempur pesawat-pesawat F-16 TNI AU dengan pesawat-pesawat F/A-18 Hornet Angkatan Udara Amerika Serikat yang terjadi di wilayah udara Pulau Bawean pada tahun 2003.
Beberapa penghargaan yang diterimanya adalah Sertifikat dan Brevet "Tanggap Tangkas Tangguh" dari BNPB, peraih tesis terbaik ketika menempuh pendidikan di tingkat Pasca Sarjana di Universitas Pertahanan Indonesia.[7]
Pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas ditempuhnya di SMA Negeri 1 Malang dari tahun 1986 hingga 1989. Setelah itu melanjutkan ke pendidikan militer di Akademi Angkatan Udara yang akhirnya diselesaikan pada tahun 1992.
Ia menempuh pendidikan tingkat Pasca Sarjana di Universitas Pertahanan Indonesia dengan mengambil program studi "Disaster Management for National Security".
Dalam masa pendidikan tersebut, ia pernah mendapatkan sertifikat dan brevet "Tanggap Tangkas Tangguh" yang diberikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Dr. Syamsul Ma'arif, M.Si. dan merupakan satu-satu perwakilan TNI yang menerimanya.
Pendidikan ini ia selesaikan dengan menjadi peraih tesis terbaik, dengan judul "Pengerahan Kekuatan Udara (Air Power) dalam Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana di daerah Terpencil".
Setelah menyelesaikan pendidikannya di SMA Negeri 1 Malang tahun 1989, ia melanjutkan ke Akademi Angkatan Udara yang diselesaikannya pada tahun 1992.
Insiden Bawean 2003
Fajar termasuk salah satu pilot F-16 TNI AU yang pernah terlibat dalam peristiwa duel udara dengan pesawat-pesawat F/A-18 Hornet, Angkatan Laut Amerika Serikat yang terjadi di wilayah udara Pulau Bawean, pada 3 Juli 2003.
Pada saat itu radar Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia dan Pusat Operasi Pertahanan Nasional menangkap ada lima titik mencurigakan yang terbang dalam formasi rapat dan tidak teridentifikasi.
Namun ketika satu flight pesawat tempur TNI AU dikirimkan untuk melakukan identifikasi, tidak ditemukan objeknya. Dua jam kemudian, terlihat manuver-manuver pesawat terbang tanpa identitas dan ada laporan dari para penerbang pesawat Bouraq Indonesia Airlines, bahwa manuver-manuver mereka yang berkecepatan tinggi sudah membahayakan keselamatan dan keamanan penerbangan sipil berjadual. Pesawat-pesawat itu juga tidak melakukan komunikasi dengan menara pengatur lalu-lintas penerbangan nasional.
Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia, saat itu dijabat Marsekal Muda TNI Teddy Sumarno, mengirimkan dua F-16 B untuk melakukan misi mencegat, mengidentifikasi dan mengusir mereka dari wilayah udara nasional.
Penerbangan ini memiliki call sign Falcon Flight. Pemimpin penerbangan bersandikan Falcon 1, bernomor ekor TS-1603 yang diawaki oleh Kapten PNB Ian Fuady dan Kapten PNB Fajar Adriyanto. Falcon 2, bernomor ekor TS-1602, diawaki oleh Kapten PNB Mohamad Tonny Harjono dan Kapten PNB M. Satrio Utomo.
Dalam misinya, mereka bertugas untuk identifikasi visual dan menghindari konfrontasi, dengan cara tidak mengunci (lock on) sasaran dengan radar atau rudal sehingga misi identifikasi tidak dianggap mengancam.
Ketika Falcon Flight tiba di lokasi, mereka langsung disambut oleh dua pesawat F/A-18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat sehingga mereka terlibat dalam perang radar (radar jamming). Dalam peristiwa itu, salah satu penerbang tempur TNI AU sudah dalam posisi terkunci secara radar oleh penerbang tempur A AL AS.
Sedang pesawat lainnya sedang saling berkejaran dalam posisi dog fight cukup ketat. Pesawat TNI AU kemudian berinisiatif melakukan gerakan menggoyang sayap (rocking wing) yang menyatakan bahwa mereka tidak dalam posisi mengancam pesawat AL AS.
Ketika komunikasi berhasil dibuka, diketahui bahwa kedua pesawat AL AS dan jajaran kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Carl Vinson (CVN-70), merasa bahwa mereka berlayar di wilayah perairan internasional dan meminta agar kedua pesawat TNI AU untuk menjauh.
Namun disampaikan oleh pesawat TNI AU bahwa mereka, pesawat-pesawat AL AS berada dalam wilayah kedaulatan Republik Indonesia sesuai dengan Deklarasi Djuanda.
Falcon Flight meminta mereka untuk segera mengontak ke ATC setempat, Bali Control, yang hingga saat itu tidak mengetahui keberadaan mereka. Mengetahui adanya itu, pesawat-pesawat AL AS itu kemudian terbang menjauh.
Tongkat komando komandan pangkalan udara (lanud) Manuhua, Biak, resmi diembannya pada 8 Oktober 2017 dalam prosesi serah terima jabatan yang berlangsung di gedung Farsyos Kosek Hanudnas IV, Biak, di mana prosesinya dipimpin oleh Pangkoops II TNI AU, Marsekal Muda TNI Yadi Indrayadi Sutandika, MSS.
Kolonel PNB Fajar menggantikan Kolonel PNB Marsudiranto Widyatmaka, M.Tr. (Han).[4] Dan pada 20 Mei 2019 bertempat di hanggar skadron 27, Lanud Manuhua, Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara II, Marsekal Muda TNI Andyawan Martono P, S.I.P memimpin upacara serah terima jabatan Komandan Lanud Manuhua dari Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto kepada Kolonel PNB Daan Sulfi, S.Sos, M.Si, M.Han.
Ia dilantik sebagai Kepala Dinas Penerangan TNI-AU secara resmi oleh Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Yuyu Sutisna, S.E., M.M. pada 13 Mei 2019 dengan upacara militer di auditorium IG. Dewanto, Markas Besar TNI-AU, menggantikan Marsekal Pertama TNI Novyan Samyoga dan merupakan pejabat ke-32.
Fajar mendapatkan kepercayaan sebagai Kepala Pusat Pembinaan Potensi Dirgantara TNI Angkatan Udara (Kapuspotdirga) sejak 18 November 2020 menggantikan Marsma TNI Basuki Rochmat. Pergantian ini didasarkan pada Surat Keputusan Panglima TNI nomor Kep/911/XI/2020 yang diterbitkan per 18 November 2020. Selanjutnya mulai 6 Desember 2024, ia menjadi Kapoksahli Kodiklatau.
Jabatan militer
- Kasi Base Ops Dinas Operasi Lanud Iswahyudi
- Komanda Skadron 3 Lanud Iswahyudi (2007 - 2010)[5][6]
- Pabandyaops Sops Kohanudnas (2010)
- Asops Kosekhanudnas II (2012)
- Kasubdis Penerangan Umum Dispenau
- Komandan Lanud Manuhua (8 Oktober 2017 - 20 Mei 2019)[4][14]
- Kadispenau (6 Mei 2019 - 18 November 2020)[15]
- Kadispotdirga[3] (18 November 2020 - 16 Januari 2023)[3]
- Aspotdirga Kaskoopsudnas (16 Januari 2023 - 6 Desember 2024)
- Kapoksahli Kodiklatau (6 Desember 2024 - sekarang). (*)
Baca Berita-berita TribunPriangan.com Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.