Idul Adha 1446 H

Benarkah Tak Boleh Potong Kuku dan Rambut Saat Shahibul Qurban

Kapan 1 Zulhijah 1446 H? Waktu Larangan Shahibul Quran Tidak Boleh Potong Kuku dan Rambut

Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: ferri amiril
Kolase TribunPriangan.com
IDUL ADHA 2025 - Kapan 1 Zulhijah 1446 H? Waktu Larangan Shahibul Quran Tidak Boleh Potong Kuku dan Rambut. (Kolase TribunPriangan.com) 

TRIBUNPRIANGAN.COM - Persiapan Hari Raya Idul Adha telah tampak di depan mata.

Mulai dari maraknya penjualan hewan kurban, hingga penetapan jadwal atau tanggal tertentu dengan berbagai ketentuan syar'i.

Salah satu diantaranya adalah penetapan 1 Zulhijah dengan segala ketentuannya.

Lantas ada apa dengan 1 Zulhijah dalam penetapan kalender hijriah?

1 Zulhijah 1446 H: Waktu Larangan Shahibul Quran Tidak Boleh Potong Kuku dan Rambut

Tribuners, perlu diketahui bersama jika pada hari Rabu, 28 Mei 2025, umat Islam menyambut tanggal 1 Zulhijah 1446 H, sebagaimana ditetapkan berdasarkan kriteria wujudul hilal. Sementara itu, Iduladha 10 Zulhijah bertepatan dengan hari Jumat, 6 Juni 2025, menjadi puncak dari rangkaian ibadah kurban.

Baca juga: Sidang Isbat Penentuan Hilal Idul Adha 2025 Resmi dari Kemenag

Bagi mereka yang berniat berkurban, dikenal sebagai shahibul kurban, terdapat aturan khusus yang harus dipatuhi sejak awal Zulhijah. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, ia bersabda:

إذا رأيتم هلال ذي الحجة، وأراد أحدكم أن يضحي، فليمسك عن شعره وأظفاره

“Jika kalian melihat hilal Zulhijah, dan di antara kalian ada yang ingin berkurban, maka hendaklah dia menahan (tidak memotong) sebagian rambutnya dan kukunya” (HR. Muslim).

Hadis ini dengan jelas menyatakan bahwa shahibul kurban dilarang memotong rambut dan kuku mulai dari tanggal 1 Zulhijah hingga hewan kurban disembelih. Larangan ini bukanlah sekadar aturan formal, melainkan memiliki makna spiritual yang mendalam, mengajarkan kesabaran, pengendalian diri, dan kesiapan batin dalam menjalankan ibadah kurban.

Kata ganti “hu” dalam hadis tersebut merujuk pada shahibul kurban, bukan hewan kurban, sehingga aturan ini berlaku bagi orang yang berniat berkurban, baik secara individu maupun kelompok. Dengan menahan diri dari memotong rambut dan kuku, shahibul kurban diajak untuk merenungi esensi pengorbanan.

Jadi, sejak 28 Mei 2025, shahibul kurban diharapkan mempersiapkan diri dengan penuh kesadaran, menjaga niat suci, dan mematuhi aturan syariat. Dengan mematuhi larangan memotong rambut dan kuku, shahibul kurban mengukuhkan komitmen kepatuhan kepada Sang Pencipta.

Baca juga: Keutamaan Puasa Hari Raya Idul Adha Lengkap dengan Niatnya

Puasa Zulhijah

Selain itu, Jelang pelaksanaan Hari Raya Idul Adha 2025, masyarakat muslim juga tengah bersiap untuk melaksanakan puasa sunnah, sesuai anjuran RasuluLlah.

puasa Idul Adha adalah puasa sunnah yang dilakukan pada hari-hari awal bulan Dzulhijjah sebelum datangnya Hari Raya Idul Adha. 

Puasa ini dilaksanakan sejak tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah.

Lantas kapan dimulainya puasa sunnah Idul Adha 2025?

Baca juga: Kapan Lebaran Idul Adha? Ini Jadwal Tanggal Merah, Weekend dan Cuti Bersama Kalender Juni 2025

Mengacu pada Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 terbitan Kemenag RI, 1 Dzulhijjah 1446 H jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025.

Dengan demikian, puasa sunnah Dzulhijjah dimulai pada tanggal tersebut hingga 9 Dzulhijjah, yaitu Kamis, 5 Juni 2025. Hari Raya Idul Adha pun ditetapkan jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025.

Berdasarkan penjelasan di atas, besar kemungkinan bulan Dzulhijjah akan dimulai pada 28 Mei 2025, sehingga jadwal pelaksanaan puasa Idul Adha atau Dzulhijjah adalah sebagai berikut:

  • 1 Dzulhijjah 1446 H: Rabu, 28 Mei 2025
  • 2 Dzulhijjah 1446 H: Kamis, 29 Mei 2025
  • 3 Dzulhijjah 1446 H: Jumat, 30 Mei 2025
  • 4 Dzulhijjah 1446 H: Sabtu, 31 Mei 2025
  • 5 Dzulhijjah 1446 H: Minggu, 1 Juni 2025
  • 6 Dzulhijjah 1446 H: Senin, 2 Juni 2025
  • 7 Dzulhijjah 1446 H: Selasa, 3 Juni 2025
  • 8 Dzulhijjah 1446 H (Puasa Tarwiyah): Rabu, 4 Juni 2025
  • 9 Dzulhijjah 1446 H (Puasa Arafah): Kamis, 5 Juni 2025

Niat Puasa Dzulhijjah

Ketika akan menjalankan ibadah puasa, tentu akan lebih afdal jika kita meniatkannya, baik dalam hati maupun dengan lisan. Berikut ini adalah contoh niat puasa Dzulhijjah yang dapat kita baca.

1. Puasa 1-7 Dzulhijjah 1445 H

Dikutip dari buku Siapa Berpuasa Dimudahkan Urusannya oleh Khalifa Zain Nasrullah, berikut ini adalah bacaan niat puasa sunnah yang dilaksanakan pada 1-7 Dzulhijjah 1445 H.

نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذُو الْحِجَةٌ سُنَّةٌ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma syahru dzulhijjah sunnatan lillaahi ta'aala.

Artinya: "Aku berniat puasa bulan Dzulhijjah, sunnah karena Allah Taala".

2. Puasa Tarwiyah 8 Dzulhijjah 1445 H

Niat puasa Tarwiyah berbeda dengan bacaan niat puasa awal Dzulhijjah. Dikutip dari buku Dahsyatnya Puasa Sunah oleh H Amirulloh Syarbini dkk, berikut ini bacaan niat puasa Tarwiyah yang dilaksanakan pada 8 Dzulhijjah.

نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu sawma tarwiyyata sunnatan lillahi ta'ala.

Artinya:"Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah Taala".

3. Niat Puasa Arafah 9 Dzulhijjah 1445 H

Berikut ini adalah bacaan niat puasa Arafah yang dilaksanakan pada 9 Dzulhijjah 1445 H.

نويْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةَ اللَّهِ تَعَالَى

Nawaitu sawma 'Arafata sunnata Allahi taala.

Artinya: "Saya niat puasa Arafah, sunnah karena Allah Ta'ala".

Keutamaan Puasa Dzulhijjah

Dikutip dari buku Siapa Berpuasa Dimudahkan Urusannya tulisan Khalifa Zain Nasrullah, puasa sunnah pada bulan Dzulhijjah sebelum Idul Adha memiliki keutamaan yang sangat besar. Hal ini ditegaskan dalam sabda Rasulullah SAW:

"Tidak ada hari di mana suatu amal saleh lebih dicintai Allah melebihi amal saleh yang dilakukan di sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah)."
Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad di jalan Allah?"

Sabda Rasulullah SAW, "Termasuk lebih utama dibanding jihad di jalan Allah, kecuali orang-orang yang berangkat berjihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada seorang pun yang kembali." (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Dari hadits ini, terlihat bahwa amal saleh di 10 hari pertama Dzulhijjah memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah. Bahkan, jika dibandingkan dengan jihad yang dikenal sebagai amal paling mulia dan berat, amal di 10 hari ini tetap lebih dicintai oleh Allah, kecuali jihad yang paling maksimal, yaitu dengan pengorbanan total jiwa dan harta tanpa kembali.

Ini menunjukkan bahwa hari-hari tersebut adalah kesempatan emas untuk memperbanyak ibadah, termasuk puasa sunnah, sebagai bentuk amal saleh yang utama. Puasa dalam rangka memuliakan waktu yang Allah cintai ini menjadi salah satu cara menunjukkan ketakwaan dan kesungguhan dalam beribadah.

Keutamaan khusus juga diberikan untuk puasa pada hari ke-9 Dzulhijjah, yaitu puasa Arafah. Rasulullah SAW bersabda:

"Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang." (HR. Muslim)

Hadits ini menjelaskan bahwa puasa Arafah menjadi sebab diampuninya dosa selama dua tahun, satu tahun ke belakang dan satu tahun ke depan. Hal ini menunjukkan betapa besar pahala dan manfaat spiritual dari ibadah ini bagi orang-orang yang menjalankannya dengan ikhlas.

(*)

Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News

Sumber: Tribun Priangan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved