Ramadan 2025

Naskah Kultum Tarawih Singkat 11 Ramadhan 1446 H/11 Maret 2025: Taqwa, Pembebas Kekafiran Diri

Berikut Ini Dia Naskah Kultum Tarawih Singkat 11 Ramadhan 1446 H/11 Maret 2025: Taqwa, Pembebas Kekafiran Diri

TribunNews.com
NASKAH KULTUM RAMADHAN - Naskah Kultum Tarawih Singkat 11 Ramadhan 1446 H/11 Maret 2025: Taqwa, Pembebas Kekafiran Diri 

TRIBUNPRIANGAN.COM – Tribuners, bagaimana di hari ke-11 Ramadhan ini, puasa kamu berjalan dengan lancar?

Mudah-mudahan puasa dan ibadah kamu tetap lancar ya selama bulan Ramadhan ini.

Nah tentunya, dalam mengisi kegiatan di bulan suci Ramadhan ini, kamu bisa isi dengan beragam kegiatan atau amalan-amalan lain yang penuh dengan pahala baik.

Selain dengan berpuasa, para muslim diwajibkan untuk terus memperbaharui keimanannya di bulan Ramadhan sebagai nilai tambah pahala.

Salah satu amalan penambah iman di bulan Ramadhan adalah mendengar kultum dari penceramah.

Baca juga: Naskah Kultum Tarawih Singkat Hari ke-10 Ramadhan 1446 H/10 Maret 2025

Kultum adalah akronim dari kuliah tujuh menit yang berisi pesan atau nasihat kebaikan kepada sesama muslim di depan umum.

Kultum biasanya disampaikan oleh pendakwah, ustaz, tokoh atau para bapak yang memiliki tanggung jawab untuk mengisi sesi tersebut.

Nah, di bulan Ramadhan, kultum biasanya mudah ditemui di bulan ramadhan dan disampaiakan sebelum buka puasa, sebelum tarawih atau sesudah subuh.

Berikut ini dia naskah kultum tarawih singkat Ramadhan 1446 H/2025 singkat terbaik untuk 11 Ramadhan.

Baca juga: Naskah Singkat Kultum Subuh hari ke- 10 Ramadhan 1446 H/10 Maret 2025

Kultum Tarawih 11 Ramadhan 1446 H      

Judul: Taqwa, Pembebas Kekafiran Diri

 

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kaum muslimin muslimat Rahimakumullah, marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan puji syukur kepada Allah.

Karena dengan nikmat-Nya, Allah masih memberikan kita kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan paling mulia, bulan penuh pengampunan, yakni bulan Ramadhan.

Puji syukur pula atas kehendak Allah Swt saya diberi kesempatan untuk berbagi ilmu melalui ceramah Ramadhan yang berjudul "Taqwa, Pembebas Kekafiran Diri".

Baca juga: 20 Tema Kultum Ramadhan 2025 Bertemakan Sedekah di Bulan Ramadhan

Kaum muslimin muslimat Rahimakumullah,

Sebulan dalam satu tahun kalender Hijriah, kita mendapat kesempatan untuk menziarahi diri, menepi sejenak dari keriuhan, menata kembali alur kehidupan, atau mendekonstruksi spiritualitas melalui laku puasa. Surat Al Baqarah ayat 183 menjadi dasar dan ruh dalam menjalankan ibadah tersebut.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa "

Ayat ini merupakan dasar naqli kita menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Ayat yang kerap dibaca mubaligh di atas mimbar kultum atau ceramah sepanjang Ramadhan itu, juga menjadi landasan pengharapan seorang hamba agar menjadi pribadi yang bertakwa.

Lalu, siapa "si takwa" itu?. Dalam pandangan awam, kerapkali takwa diimajinasikan sebagai sebuah predikat atau gelar laiknya orang mendapatkan ijazah.

Tafsir yang lebih umum dan klasik kita dengar, takwa berarti takut kepada Allah dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya. Pemaknaan ini ada kesan bahwa ruang lingkup penghayatan takwa terbatas pada pengamalan syariat ibadah. Ia merupakan jelmaan dari rasa takut. Sehingga yang muncul adalah kesalehan individu, ritual-ritual ibadah sebagai wujudnya.

Dampak dari pencerapan seperti itu tak sedikit yang merasa benar sendiri. Membusungkan "keakuan" dalam beragama. Orang lain yang ibadahnya tidak serajin "aku" perlu diingatkan, bahkan, bila perlu dengan cara-cara yang keras.

Kemudian, pemahaman takwa yang lebih mendalam dapat kita jumpai dalam sebuah catatan Muhammad Asad. Orang yang bertakwa adalah mereka yang sadar akan kehadiran Tuhan.

Penafsiran seperti ini membebarkan pengertian takwa yang lebih esoteris. Sikap religius yang ditampilkan oleh seorang hamba bukanlah sebab ketakutan semata, melampaui itu, sikap demikian tampak sebagai keniscayaan karena Tuhan selalu hadir dalam setiap langkah hidup kita.

Dengan demikian, rasa "aku" dalam beragama mampu dikikis habis hingga yang ada hanyalah Sang Khalik. Karena kehadiran-Nya, tidak pantas kita menghukumi orang lain sebagai ahli bid'ah atau kafir. Sebab bukan kita yang berhak memberi penilaian akhir. Ada Tuhan di sisi kita, yang punya kuasa penghakiman.

Sikap yang yang tidak menonjolkan "aku" juga merupakan jalan dakwah yang menghadirkan kelembutan. Amar ma'ruf atau ajakan kebaikan lebih didahulukan ketimbang menghajar kemungkaran.

Alhasil, pemaknaan takwa sebagai kesadaran akan hadirnya Tuhan lebih hakiki (dimensi esoterik) ketimbang sekadar rasa takut yang syariat (dimensi eksoterik).

Baca juga: Naskah Singkat Kultum Subuh 10 Ramadhan 1446 H/10 Maret 2025: Sedekah di Bulan Ramadhan

Baca juga: Naskah Kultum Tarawih Singkat 10 Ramadhan 1446 H/10 Maret 2025: Manfaat Shalat Tarawih

Hadirin yang dirahmati oleh Allah,

Penggalian makna takwa bisa juga berpijak dari kata takwa itu sendiri. Dalam kamus bahasa Arab, jika kita mencari definisi kata taqwa (ta-qof-wau-ya), maka kita akan dirujuk ke kata dzulum. Bahwa, dzulum adalah lawan kata dari takwa. Dzulum sendiri mempunyai arti melampaui batas atau berlebih-lebihan.

Berarti, takwa bermakna tidak melampaui batas atau proporsional. Arti kata ini bahkan, lebih implementatif. Praktik hidup proporsional menjadi salah satu ciri orang bertakwa.

Perilaku proporsional ini jika diterapkan sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh, tak akan ada banjir karena orang tidak membuang sampah sembarangan. Tak pernah ada perselisihan sebab orang menjaga hatinya. Bahkan, tak perlu ada kerusuhan gegara kalah dalam pemilu karena orang tidak melampaui batas dalam memperjuangkan haknya.

Muara dari sikap takwa adalah agar kita menjadi hamba yang dikehendaki Allah dalam surat Al Baqarah, sebagai insan yang patut mendapatkan petunjuk dalam Al-Qur'an.

Setiap individu bisa saja membaca Al Qur'an. Tetapi, hanya orang-orang yang memiliki syarat rohani tertentu yang bisa menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber petunjuk, adalah mereka yang bertakwa, yaitu, mempunyai kesadaran tentang kehadiran Tuhan terus-menerus dalam dirinya dan dihiasi sikap asketis.

Alhasil, dalam pandangan saya takwa tak bermakna pasif sebagai gelar spiritualitas. Melebihi itu, takwa haruslah menjadi pembebas dari kekafiran diri alih-alih dikapitalisasi atau malah pembenar bagi laku kekerasan terhadap liyan. Maka menjadi pribadi yang bertakwa dalam waktu yang bersamaan adalah menerima keberadaan orang lain. Pribadi semacam inilah yang layak mendapatkan kedudukan paling mulia di sisi Allah Swt. Wallahu a'lam bishawab.

Itulah tadi ceramah singkat yang dapat saya sampaikan pada kesempatan hari ini. Saya akhiri dengan ucapan waffaqaniallahu wa iyyakum ilaa thoriqil khaer, tsumma

wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Nah Tribuners, itu dia kultum tarawih Ramadhan 1446 H/2025 singkat terbaik untuk 11 Ramadhan yang bertepatan dengan 11 Maret 2025. Semoga bermanfaat. (*)

 

Simak berita update TribunPriangan.com lainnya di: Google News

Sumber: Tribun Priangan
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved