Naskah Khutbah Jumat

Naskah Singkat Khutbah Jumat 23 Agustus 2024 Bertema Sakitnya Sakaratul Maut Tak Bisa Tergambarkan

Naskah Khutbah Jumat 23 Agustus 2024 : Beratnya Sakratul Maut Hingga Tak Bisa Tegambarkan

Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: ferri amiril
Kompas.com
Ilustrasi jenazah.(SHUTTERSTOCK/Skyward Kick Productions) 

Hadirin jamaah shalat yang dirahmati Allah,    

Kematian adalah peristiwa berpisahnya ruh dengan jasad. Dan itu tidak terjadi kecuali disertai mabuk dan rasa nyeri yang amat sangat. Bahkan, ia menjadi rasa nyeri paling nyeri yang menimpa seorang hamba di dunia. Mabuk dan rasa nyeri itu kemudian disebut dengan “sakaratul maut”. Tak heran sakaratul maut menjadi sesuatu yang paling ditakuti dan selalu dijauhi setiap makhluk yang bernyawa, sebagaimana yang digambarkan dalam Al-Quran:    

 وَجَآءَتۡ سَكۡرَةُ ٱلۡمَوۡتِ بِٱلۡحَقِّۖ ذَٰلِكَ مَا كُنتَ مِنۡهُ تَحِيدُ   

Artinya, “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya,” (QS. Qaf [50]: 19).     

Banyak ayat dan hadits yang menggambarkan betapa beratnya sakaratul maut, terutama yang dialami oleh hamba-hamba yang zalim dan ahli maksiat. Di antaranya adalah ayat berikut:   

Baca juga: 5 Contoh Naskah Singkat Khutbah Jumat, Bertemakan Kemerdekaan Republik Indonesia HUT ke-79

وَلَوۡ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِي غَمَرَٰتِ ٱلۡمَوۡتِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ بَاسِطُوٓاْ أَيۡدِيهِمۡ أَخۡرِجُوٓاْ أَنفُسَكُمُۖ ٱلۡيَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ عَذَابَ ٱلۡهُونِ بِمَا كُنتُمۡ تَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ غَيۡرَ ٱلۡحَقِّ وَكُنتُمۡ عَنۡ ءَايَٰتِهِۦ تَسۡتَكۡبِرُونَ   

Artinya, “Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang zhalim​​​​​​​ berada dalam tekanan sakratul maut, sedangkan para malaikat memukuli dengan tangannya (sambil berkata), ‘Keluarkanlah nyawamu.’ Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya,” (QS. Al-An‘am [6]: 93).  

Hadirin jamaah shalat yang dirahmati Allah,    

Beratnya kematian juga tergambar dari perbincangan singkat antara Sayidina ‘Umar ibn Al-Khathab dengan Ka‘ab. Pria yang pernah menjabat sebagai khalifah kedua itu bertanya,  “Wahai Ka‘b, sampaikanlah kepadaku tentang kematian.”    

Ia menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, maut itu bagaikan sebuah pohon yang banyak durinya dimasukkan ke dalam perut ibnu Adam. Setiap duri memegang satu urat darinya. Kemudian ditarik sekaligus oleh seorang laki-laki yang sangat kuat. Maka terputuslah semua urat yang menyangkut pada duri. Tertinggallah urat-urat yang tersisa.”  Kemudian, saat menghadapi sakaratul mautو ‘Amr ibn Al-‘Ash pernah ditanya oleh putranya tentang gambaran kematian. Ia menjawab, “Demi Allah, dua sisi tubuhku seakan-akan berada dalam himpitan. Nafasku seakan-akan keluar dari lubang jarum. Dan sebuah dahan berduri ditarik sekaligus dari ujung telapak kaki hingga ujung kepalaku.”    

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 16 Agustus 2024: Bersatu & Toleransi dalam Keragaman Jadi Komponen Kemerdekaan 

Bahkan, beratnya kematian juga dirasakan oleh para nabi. Hanya saja menurut Imam Qurthubi, bagi mereka beratnya kematian memiliki dua keistimewaan. Keistimewaan pertama adalah menyempurnakan keutamaan mereka dan mengangkat derajat mereka. Dan beratnya kematian mereka bukan berarti sebuah kekurangan atau celaan. Sebab, manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang-orang di bawah mereka.    

Keistimewaan kedua adalah memberi tahu makhluk atau umat akan beratnya kematian. Mereka mungkin mengira bahwa kematian itu ringan. Namun, jika beratnya kematian disampaikan oleh para nabi, mereka sendiri merasakannya, padahal mereka adalah orang-orang mulia di sisi Allah, barulah umat akan memahaminya. Hanya saja kematian para nabi dan umatnya ada perbedaan. Kematian para nabi tidak terjadi sebelum diberikan tawaran atau pilihan. (Lihat: Jami'ul ‘Ulum wal-Hikam, karya Imam al-Qurthubi, jilid 38, hal. 32).     

Hadirin jamaah shalat yang dirahmati Allah,    

Ada sebuah kabar gembira bagi orang-orang mukmin. Sebab, kematian mereka disaksikan dan disambut para malaikat yang bersiap akan membawa ruhnya dalam secarik kain sutera dari surga yang berisi minyak misik paling wangi. Selain itu, sakaratul maut pun terasa seperti ditariknya sehelai rambut dari adonan tepung atau seperti air yang mengalir dari lubang botol.   Demikian seperti yang digambarkan dalam riwayat Abu Hurairah. Di dalamnya, Rasulullah:   

Ketika seorang hamba sudah sampai ajalnya, ia akan didatangi para malaikat dari langit. Mereka datang dalam rupa terbaik dan akan menempati sebuah tempat tertentu, seraya mengenakan pakaian yang terbaik pula. 

Baca juga: Khutbah Jumat 16 Agustus 2024, Kemerdekaan dan Kebebasan Adalah Ajaran Rasulullah SAW

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved