Penjual Cakue di Sumedang Ini Cuma Lulusan SMP, Bisa Beli Kendaraan, Sawah, dan Biayai Sekolah Adik

Cakue adalah penganan berbahan dasar terigu. Adonan dipotong kecil dan ditarik setiap ujungnya agar memanjang sebelum digoreng.

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Dedy Herdiana
Tribunpriangan.com/Kiki Andriana
Mochamad Agus Hidayat (23), seorang pedagang cakue saat ditemui Tribun Jabar.id, di lapak dagangannya di kawasan Desa Mangunarga, Cimanggung, Sumedang, Kamis (25/7/2024) petang. 

Laporan Kontributor TribunPringan.com, Kiki Andriana dari Sumedang

TRIBUNPRIANGAN.COM, SUMEDANG - Mochamad Agus Hidayat (23) bersekolah hanya sampai SMP. Dia kini berjualan cakue dan dia tidak ingin adik-adiknya putus sekolah. Maka dengan gigih dia bekerja untuk membiayai sekolah keluarganya.  

Pemuda lajang asal Kampung Cibogo RT03/04 Desa Kadongdong, Kecamatan Banjar Wangi, Garut itu sudah tiga tahun berjualan di kawasan Desa Mangunarga, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang

Dia diajak oleh kakaknya yang lebih dulu berjualan cakue di kawasan PT Kahatex, Jatinangor. Setelah belajar banyak hal terkait cakue, Agus merintis usahanya sendiri. 

Cakue adalah penganan berbahan dasar terigu. Adonan dipotong kecil dan ditarik setiap ujungnya agar memanjang sebelum digoreng. Street food ini banyak digemari masyarakat. 

Saking lakunya, dalam sehari, Agus menghabiskan adonan seberat 8 kilogram. Dia berjualan dari pagi hingga siang hari. Berselang istirahat, sore hari hingga malam dia berjualan kembali. 

"Sehari habis 8 kilogram, mulai dari pagi dari jam 07.00 sampai siang. Istirahat dulu, sore pukul 16.00, keluar (jualan) lagi," kata Agus saat dijumpai TribunPriangan.om, Kamis (25/7/2024) petang.   

Agus mengatakan, adonan sebanyak itu selalu habis setiap harinya. Keuntungan bersih dari jualan cakue itu antara Rp500 ribu- Rp 1 juta. 

Uang itu dia pakai untuk berkirim ke orang tua di Garut yang tinggal ibunya. Oleh ibu, nanti didistribusikan kepada tiga adiknya. 

"Sebelumnya biayai tiga adik, tapi sekarang ini satu adik sudah lulus sekolah dan bisa bekerja, berjualan cimol," kata Agus. 

Agus adalah anak kedua dari lima bersaudara. Dia punya adik, yaitu Ai Yuli (18), Wildan (17), dan Mochamad Ridwannulloh (20). Ridwan berjualan cimol di kawasan industri Dwipapuri, Cimanggung.

Ayah Agus, Iyan (45) meninggal dunia ketika Agus masih duduk di bangku SMP. Maysaroh (40), ibunya, tak punya biaya untuk melanjutkan sekolah Agus, sehingga dia putus sekolah.  

"Saya lulusan SMP, ya uangnya dikasih buat biaya sekolah adik, kalau mengirim ke ibu kadang seminggu sekali kadang sebulan sekali," 

"Ngirim kadang ngirim Rp 1 juta atau Rp 500 ribu seminggu. Selain itu juga alhamdulillah udah kebeli motor dua unit, ya bisa beli sawah juga di kampung, " katanya.

Agus tak banyak mau, dia juga belum terpikir untuk menikah, sebab masih berfokus mengurus keluarganya. Yang dia cita-citakan saat ini, jika ada rezeki, dia ingin memberangkatkan ibunya ibadah haji. 

"Ingin membuat bangga orang tua dan membantu orang lain sebisa saya. Ya kalau ada rejeki mau menghajikan orang tua," katanya.

 

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved