PROFIL Raden Putri Rizki Hanifah Maulani
Perjalanan Raden Putri Rizki Hanifah Maulani, dari Penulis Novel hingga Terbitkan Buku Fenomenal
Raden Putri Rizki Hanifah Maulani yang kerap disapa Putri menjadikan dunia kepenulisan adalah hobi dan tempatnya meluapkan semua keresahan
TRIBUNPRIANGAN.COM- Raden Putri Rizki Hanifah Maulani yang kerap disapa Putri menjadikan dunia kepenulisan adalah hobi dan tempatnya meluapkan semua keresahan berdasarkan pengalamannya di lingkungan sekitar.
Berawal dari usia 2 tahun, rumahnya dijadikan toko alat tulis dan kantor. Kedua orang tuanya bekerja, yang membuat Putri kecil selalu menemani Mbah Uti dan Mbah Kakungnya menjaga toko dan tak jarang juga membantu dengan mengambil uang dari pembeli lalu dikasih ke Mbah Kakungnya atau memberikan uang kembalian dari Mbah Kakungnya kepada pembeli.
Rasa keingintahuannya sangat tinggi dan Putri sangat aktif. Di usianya yang beranjak 3 tahun, Putri sudah mulai duduk di depan komputer ayahnya. Ia belajar huruf dan angka dari keyboard dengan bertanya pada Mbah Kakung dan Mbah Uti huruf atau angka berapa yang dipencetnya.
Baca juga: PROFIL Raden Putri Rizki Hanifah Maulani, Penulis Buku yang Kini Merambah Dunia YouTubers
Sering kali selepas kerja, bundanya juga menekan satu per satu huruf yang kemudian tersusun menjadi satu kata dan juga membuat sebuah kalimat, lalu Putri membacanya. Ditambah ada seorang pembeli yang saat itu ingin fotokopi buku belajar membaca huruf, angka, dan huruf hijaiyyah, Mbah Kakungnya minta izin kepada pembeli untuk ikut fotokopi agar dipelajari Putri. Putri tidak pernah belajar membaca dengan mengeja.
Melihat Putri yang senang belajar, di usianya 3 tahun 9 bulan ia dimasukkan ke Playgroup Islam Terpadu. Di usianya 5 tahun 9 bulan, saat Putri duduk di Taman Kanak-kanak, ia direkomendasikan kepala sekolahnya agar langsung SD dan tidak perlu mendaftar TK lagi dikarenakan Putri sudah lancar membaca dan menulis.
Bundanya mengembalikan lagi semua keputusan kepada Putri yang inginnya bagaimana, yang akhirnya Putri memilih mendaftar kembali di TK dengan alasan usianya yang masih dini bila masuk ke dunia putih merah-merah.
Baca juga: Mengenang Sosok Raden Muhdiyat Maulani, Tokoh Ulama yang Jadi Korban Siksa hingga Ditembak PKI
Sejak TK, Putri sering diajak ke toko buku oleh kedua orang tuanya dan selalu membawa beberapa buku bacaan yang dibeli. Kebiasaan itu berlanjut sampai ia SD. Di kelas 2 SD, Putri sudah membuat 7 season cerita, 1 season adalah 1 novel.
Ia menulisnya di laptop ayahnya sejak kelas 1 SD. Nahas, saat ingin mengirim semua karyanya ke penerbit, laptop ayahnya terendam banjir yang menyebabkan seluruh karyanya tidak bisa diselamatkan. Putri berusaha agar tidak larut dalam kesedihan, ia kembali membuat beberapa cerita pendek yang ia tulis tangan memakai pensil di kertas A4.
Sesekali ia sisipkan gambar agar tidak monoton. Lalu, cerita-cerita pendek itu ia jilid sendiri dengan steples dan solatip hitam. Jiwa bisnis dari ayahnya turun yang membuatnya menjual cerita-cerita pendek buatannya ke asisten rumah tangganya. “Satu cerpen harganya 1.500 rupiah, mbak,” ucapnya.
Baca juga: PROFIL Raden Putri Rizki Hanifah Maulani, Penulis Buku yang Kini Merambah Dunia YouTubers
Di kelas 3 SD, Putri membuka perpustakaan kecil di rumahnya yang ia beri nama Taman Bacaan Putri Rizki Hanifah. Dibuka hanya pada sore hari selepas ia pulang sekolah. Siapa saja boleh berkunjung ke perpustakaannya secara gratis untuk membaca koleksi-koleksi buku bacaan yang Putri punya. Seperti pada perpustakaan umumnya,
Putri sudah menyediakan kartu pengunjung agar ia masih bisa tracking masa pinjam bukunya, apabila lewat dari tenggat waktu akan dikenakan denda 500 rupiah per hari. Denda tersebut tidak untuk dijajani melainkan untuk membeli buku baru koleksi perpustakaan mininya. Putri mempunyai keinginan memiliki satu ruangan khusus dengan rak buku yang besar untuk menyimpan semua koleksi buku bacaannya.
Kebiasaan Putri yang menjadikan toko buku sebagai rumah keduanya berhenti saat ia kelas 4 SD. Masalah ekonomi yang menimpa keluarganya berdampak juga pada minat dan hobinya. Putri tidak lagi datang ke toko buku dan membeli buku. Tetapi ia rajin menulis keluh kesahnya di buku harian yang memiliki gembok. Ia jadikan buku harian itu adalah tempat curhatnya selain kepada orang tua.
Baca juga: Mengenang Sosok Raden Muhdiyat Maulani, Tokoh Ulama yang Jadi Korban Siksa hingga Ditembak PKI
Berada di kelas 1 SMP semester 1, Putri mengikuti lomba menulis cerpen dalam rangka bulan bahasa. Guru bahasa Indonesia di sekolahnya tidak membimbing melainkan merendahkannya dengan komentar bahwa cerpennya nggak greget dan Putri harus belajar banyak dari anak kandungnya yang sedang kuliah di Universitas Indonesia jurusan Sastra Indonesia. Alhasil, Putri tidak mendapatkan juara.
Kepindahannya yang sudah tiga bulan berlangsung di kelas 1 SMP semester 2, membuat ia unjuk gigi dalam perlombaan cipta cerpan yang diadakan FLS2N tingkat Jakarta Pusat. Ia dapat membuktikan kepada guru bahasa Indonesia di sekolah lamanya bahwa telah memenangkan juara 1 yang mana foto kemenangan dengan pialanya itu di pajang di kalender PGRI DKI Jakarta sebagai duta sekolahnya yang akan disebar untuk seluruh sekolah dari SD hingga SMA di DKI Jakarta.
Di kelas 2 SMP, ia kembali mengikuti lomba cipta cerpen. Namun ia diharuskan untuk mundur karena tidak terpilih saat seleksi tingkat sekolah. Kepala sekolah memilih adik kelasnya, seorang artis idol group yang digemari banyak orang. Padahal, cerpen yang dibuat adik kelasnya tidak memenuhi persyaratan ketentuan lomba karena kurangnya halaman cerita dan saat dimajukan lomba di tingkat kecamatan, adik kelasnya gugur juga.
Baca juga: PROFIL Raden Putri Rizki Hanifah Maulani, Penulis Buku yang Kini Merambah Dunia YouTubers
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.