Gempa Kembali Guncang Sumedang
Pj Sekda Sumedang Minta Masyarakat Tak Terprovokasi Berita Bohong Gempa
Pj Sekda Sumedang meminta masyarakat tetap tenang di tengah gempa yang terjadi tiga kali, tidak terprovokasi kabar hoaks
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Machmud Mubarok
Laporan Kontributor TribunJabar.id, Kiki Andriana dari Sumedang
TRIBUNPRIANGAN.COM, SUMEDANG - Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sumedang, Tuti Ruswati meminta masyarakat tetap tenang di tengah gempa yang terjadi tiga kali pada Minggu (31/12/2023).
Utamanya, tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh kabar-kabar bohong yang menggelisahkan.
"Saya Penjabat Sekda Sumedang menyampaikan kepada semua warga Sumedang, bahkan Jawa Barat, saat ini banyak tersebar berita-berita hoaks,"
"Misalnya kabar rumah sakit runtuh dan gempa susulan, itu tidak benar dan mohon disampaikan tetap tenang dan waspada," kata Tuti dalam video yang diterima TribunJabar.id, Minggu malam.
Baca juga: 5 Desa di Cimalaka Kena Dampak Gempa Sumedang, Belasan Rumah Dilaporakan Rusak
Baca juga: WASPADA! Terowongan Tol Cisumdawu Retak-retak Diduga Dampak Gempa Sumedang, CKJT Sebut Belum Pasti
Sekda mengatakan, pemerintah masih terus menunggu kajian dari tim ahli terkait gempa yang terjadi ini.
Sebab, gempa harus diukur secara ilmiah.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulakan Bencana Daerah (BPBD) Sumedang, Atang Sutarno menegaskan gempa tak dapat diprediksi.
Atang mengatakan, tak seorang pun, ahli sekalipun, yang bisa memprediksi terjadinya gempa.
Betul, kata dia, di Sumedang telah terjadi tiga kali gempa. Namun, skalanya masih dalam ukuran kecil.
Sebelumnya diberitakan, kabar bohong menyebar dengan cepat seiring gempa yang tiga kali terjadi di Sumedang, Minggu (31/12/2023).
Di antaranya, kabar bahwa akan ada gempa susulan dengan skala lebih besar dibandingkan tiga gempa sebelumnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulakan Bencana Daerah (BPBD) Sumedang, Atang Sutarno menegaskan kabar itu bohong.
"Itu hoaks," kata Atang saat dikonfirmasi TribunJabar.id.
Atang mengatakan, tak seorang pun, ahli sekalipun, yang bisa memprediksi terjadinya gempa.
"Yang menyebutkan bakal ada gempa pukul 23.00 itu hoaks,"
"Beberapa diungsikan ke tempat lebih aman sebagai bentuk kewaspadaan, namun bukan berarti pasti ada gempa susulan," kata Atang.
Kabar hoaks sebelumnya adalah bangunan RSUD Sumedang lantai 7 ambruk.
Kabar invalid itu segera dibantah Plt Direktur RSUD Sumedang, dr. Enceng. Menurutnya, tak ada bangunan di RSUD Sumedang yang ambruk.
"Tidak ada ambruk, tidak ada orang tertimpa reruntuhan," kata Enceng tatkala dikonfirmasi TribunJabar.id.
Dia mengatakan, bangunan RSUD Sumedang tersusun atas delapan lantai. Saat ini, Bada Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumedang telah bersiaga di RSUD Sumedang.
BPBD menganalisa kekuatan gedung dan merumuskan kemungkinan evakuasi. Sementara ini, evakuasi sebanyak 248 pasien rawat inap dilakuka ke halaman RSUD Sumedang. Beruntung, cuaca cerah.
"Ini betul-betul asessment kewaspadaan, BPBD sudah di sini,"
"Bangunan enggak ada yang rusak, cuman retak ada," kata Enceng.
Penyebab Gempa
Diberitakan sebelumnya, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada Badan Geologi menyatakan gempa bumi yang terjadi sampai tiga kali di Kabupaten Sumedang pada Minggu (31/12/2023), disebabkan oleh aktivitas Sesar Cileunyi-Tanjungsari.
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa bumi terletak di darat pada koordinat 107,94 BT dan 6,85 LS, berjarak sekitar 1,5 km timur Kota Sumedang, dengan magnitudo (M4,8) pada kedalaman 5 km pada 20:34:24 WIB.
Sebelumnya stasiun BMKG pada hari yang sama juga mencatat kejadian gempa bumi pada pukul 14:35:34 WIB dengan magnitudo (M4,1) dan pukul 15:38:10 WIB dengan magnitudo (M3,4).
Baca juga: WASPADA! Terowongan Tol Cisumdawu Retak-retak Diduga Dampak Gempa Sumedang, CKJT Sebut Belum Pasti
Kepala PVMBG Badan Geologi, Hendra Gunawan, menjelaskan berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi dan kedalaman dari data BMKG, maka kejadian gempa bumi ini diperkirakan akibat aktivitas sesar aktif yaitu Sesar Cileunyi – Tanjungsari.
"Menurut data Badan Geologi, Sesar Cileunyi – Tanjungsari merupakan sesar mendatar mengiri, sebarannya mulai dari selatan Desa Tanjungsari menerus ke timur laut hingga lembah Sungai Cipeles, dan nilai laju geser berkisar antara 0,19 - 0,48 mm/tahun," katanya melalui siaran tertulis, Minggu (31/12/2023).
Ia mengatakan morfologi daerah sekitar pusat gempa bumi merupakan dataran hingga dataran bergelombang, setempat lembah, perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal.
Berdasarkan data Badan Geologi, daerah Sumedang secara umum tersusun oleh tanah sedang (kelas D) dan tanah keras (kelas C). Wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api (breksi gunung api, lava, tuff) dan endapan danau. Sebagian batuan rombakan gunung api tersebut telah mengalami pelapukan.
Endapan Kuarter secara umum bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan rombajan gunung api yang telah mengalami pelapukan berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Hingga laporan ini dibuat berdasarkan informasi awal dari BPBD Provinsi Jawa Barat dan penduduk setempat kejadian gempa bumi ini telah mengakibatkan bencana berupa kerusakan rumah penduduk di Kampung Babakan Hurip, Kelurahan Kotakaler; Kampung Rancapurut, Desa Rancamulya; Kecamatan Sumedang Utara dan Kecamatan Sumedang Selatan.
Menurut informasi BMKG dan penduduk setempat, guncangan gempa bumi dirasakan di daerah Sumedang dengan skala intensitas antara III - IV MMI (Modified Mercalli Intensity).
Menurut data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah hingga tinggi.
Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami karena lokasi pusat gempa bumi berada di darat. Badan Geologi mencatat bahwa wilayah Kabupaten Sumedang pernah mengalami kejadian gempa bumi merusak pada tahun 1972.
Sedangkan kejadian gempa bumi tahun 2010 menimbulkan kecemasan bagi penduduk di daerah Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. Pada tahun 2022 juga tercatat kejadian gempa bumi dengan magnitudo (M2,7) pada kedalaman 16 km.
"Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan, dan jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi," katanya.
Bagi penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat aman sesuai dengan arahan petugas BPBD setempat.
Bangunan di Kabupaten Sumedang harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.
Oleh karena wilayah Kabupaten Sumedang tergolong rawan gempa bumi, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi gempa bumi.
Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/priangan/foto/bank/originals/Pj-Sekda-Sumedang-Tuti-Ruswati.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.