Naskah Khutbah Jumat
3 Naskah Khutbah Jumat, Konsep Bertuhan yang Harus Dimiliki Seorang Hamba dalam Kehidupan
(Naskah Khutbah Jumat) 3 Contoh Naskah Khutbah Jumat, Konsep Bertuhan Seorang Hamba Dalam Kehidupan
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: Dwi Yansetyo Nugroho
TRIBUNPRIANGAN.COM - Hari jumat adalah hari yang diagungkan setiap muslim.
Dimana hari tersebut memiliki makna tersendiri dari hari-hari biasanya, dan terkadang disebut sebagai hari raya mingguan umat muslim.
Pada hari tersebut kaum lelaki dari umat Islam yang telah balig, sehat, dan berakal, diwajibkan untuk melaksanakan salat dua rakaat yang menggantikan salat zuhur.
Salat pada hari Jumat tersebut hanya terdiri dari 2 rakaat, yang diawali dengan khutbah Jumat oleh khatib.
Khutbah Jumat sendiri merupakan ceramah yang disampaikan khatib sebelum salat, yang juga termasuk salah satu syarat dan rukun dalam salat Jumat.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 3 November 2023, Keutamaan Mempermudah Urusan Orang Lain
Berbicara tentang hari Jumat merupakan Sayyidul Ayyam atau Penghulunya Hari, Jumat pun diyakini oleh kaum muslimin sebagai hari yang penuh keberkahan.
Di dalam hari Jumat, salat Zuhur pun berganti menjadi Salat Jumat.
Beberapa syarat pun berlaku dalam pelaksanaan khutbah pada sholat Jumat, diantaranya :
1) Khatib harus laki-laki, baligh, berakal, suci dari hadast besar dan kecil, menutup aurat dan bisa membedakan antara sunnah dan rukun khutbah.
2) Khutbah harus diperdengarkan dan didengarkan oleh jamaah sholat Jumat.
Dalam bekhutbah sang khotib bebas menerangkan perihal ketaan kepada Allah Subhana Wata Alaa.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 3 November 2023 Bertema Pentingnya Mempersiapkan Bekal Sebelum Kematian
Ada berbagai jenis topik khutbah Jumat, namun kali ini TribunPriangan.com ingin mengulas salah satu tema yang menyentuh hati para jamaah sholat Jumat.
Berikut ini 3 naskah khutbah Jumat, yang dikutip dari laman dakwah.id, dengan tema Tanda Lemahnya Iman Seorang Muslimin.
3 Contoh Khutbah Jumat
1. Menjadi Makhluk Yang Mulia
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ma'asyiral Muslimin Rohimakumulloh...
Alhamdulillah, seiring dengan bertambahnya umur kita, mari kita manfaatkan umur kita ini untuk memperbaiki kualitas penghambaan kita kepada Allah SWT.
Kita tingkatkan prestasi ibadah kita, kita perbaiki kualitas ibadah kita dan semaksimal mungkin kita berusaha agar seluruh ibadah yang kita laksanakan punya dampak (atsar) terhadap perbaikan akhlak kita, baik akhlak kepada Allah dan akhlak kita kepada sesama manusia.
Hanya dengan cara yang demikianlah, umur yang Allah berikan kepada kita akan punya makna sekaligus akan menghantarkan kita kepada umat yang yang beruntung dan umat yang mulia di hadapan Allah SWT.
Ma'asyiral Muslimin Rohimakumulloh...
Pada hari yang penuh keberkahan ini, mari sejenak kita merenungkan surat al-Tin ayat ke empat:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
(sungguh aku ciptakan manusia itu dalam kondisi sebaik-baik bentuk)
Ayat di atas memberikan gambaran akan kelebihan dan keistimewaan yang diberikan Allah kepada Kita sebagai manusia, yaitu sebagai makhluk yang paling sempurna bentuknya.
Kesempurnaan kita, tidak hanya sebatas pada bentuk fisik kita, melainkan juga, Allah memberikan keistimewaan berupa akal yang berfungsi untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk; mana yang pantas dan mana yang tidak pantas, mana yang sah dan mana yang batil.
Berkaitan dengan hal ini, Imam Al Ghazali mengkategorikan makhluk Allah itu ada empat macam;
1. Makhluk yang hanya mendapat karunia akal saja, tidak dikaruniai nafsu , itulah para Malaikat.
2. Makhluk yang mendapat karunia nafsu saja, tetapi tidak dikaruniai akal , itulah hewan.
3. Makhluk yang tidak dikaruniai akal, dan tidak dikaruniai nafsu , itulah kayu , batu dan benda benda mati lainnya.
4. Makhluk yang mendapat karunia akal, tetapi juga dikaruniai nafsu, itulah kita manusia.
Akal mempunyai potensi positif, yang akan mendorong yang siapa yang ditempatinya untuk senantiasa berbuat baik dan mencegahnya dari perbuatan yang tidak baik, sementara nafsu punya potensi buruk.
Ia akan memprovokasi siapa saja yang ditempatinya untuk cenderung melakukan sesuatu yang menyenangkan tanpa mempertimbangkan apakah itu termasuk perbuatan yang baik atau buruk; haq atau batil dan juga sama sekali tidak mempertimbangkan pantas apa tidak.
Sehingga wajar, kalau malaikat punya kecenderungan untuk selalu berbuat baik, karena ia hanya dianugerahi akal saja, dan juga sangat bisa dimaklumi, kalau hewan melakukan sesuatu sesukanya tanpa mempertimbangkan baik buruk, sah atau batal, pantas atau tidak pantas, karena ia hanya diberi nafsu saja oleh Allah.
Dengan demikian kita berbeda dengan malaikat yang hanya dikaruniai akal, berbeda dengan hewan yang hanya dikaruniai nafsu saja. Kita oleh Allah dianugerahi baik akal dan nafsu. Tugas kita adalah mengelola keduanya dengan baik.
Ketika akal dijadikan penuntun, akal dijadikan pengontrol keinginan nafsu, maka manusia akan menjelma sebagai makhluk yang paling mulia, makhluk yang ahsani taqwim sebagaimana surat al-Tin ayat ke empat di atas.
Di dalam Surat an-Nazi'at ayat 40-41 Allah berfirman:
(وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, "maka sungguh, surgalah tempat tinggal (nya). (ayat 41)"
Kedua ayat di atas dapat diterjemahkan secara secara global bahwa orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dengan melakukan amal saleh dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya dengan menaati ajaran agama, maka sungguh, surgalah tempat tinggal-nya untuk selama-lamanya dengan segala kenikmatan di dalamnya.
Itulah anugerah agung Tuhan Yang Maha Pemurah.
Sebaliknya, jika nafsu yang memegang kendali, akal tunduk dengan nafsu, maka yang terjadi adalah manusia lebih jahat, lebih ganas dan lebih buas daripada binatang buas sekalipun.
Makanya Allah menyebut pada Surat al-Tin ayat 5:
(ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (التين/5
"kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,"
Di dalam Surat al-A'raf: 179, Allah berfirman:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ ( الأعراف / 179
Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).
mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.
Ma'asirol Muslimin rahimahullah;
Mari kita senantiasa berusaha, berjuang agar kita bisa mengendalikan hawa nafsu kita, tidak membiarkan diri kita menuruti kata dan keinginan nafsu yang cenderung ingin berbuat yang tidak baik, senang berbuat dosa, maksiat. Semoga Allah melindungi dan memberkati kita, menjadi orang-orang yang ahsani taqwim, orang yang mulia di hadapan Allah SWT. Amin Ya rabbal alamin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Baca juga: Khutbah Jumat 20 Oktober 2023, Perihal 6 Pesan Penting Nabi Muhammad SAW Pada Umatnya
2. Cinta Hamba Kepada Tuhannya
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hadirin jamaah sholat Jumat yang dimuliakan Allah,
Marilah bersyukur dengan kesyukuran penuh kehadirat Allah, atas kesehatan badan, kedamaian jiwa, dan kemurnian ruh sehingga dengan haul dan quwwah-Nya kita tetap menjadi hamba yang bertakwa.
Hamba yang dengan kesadaran akan huquq rububiyah selalu mengisi kehidupan hanya untuk beribadah dan menghindari batasan-batasan yang telah ditentukan-Nya.
Hadirin jamaah Jumat yang berbahagia marilah mengingat kembali, bahwa kehadiran kita di bumi ini adalah untuk beribadah ke hadirat Allah.
Ibadah dalam arti khusus iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin (hanya kepada Allah saja kita menyembah dan hanya kepada Allah saja kita memohon) dan Ibadah dalam arti luas berupa pengabdian dalam semua bidang kehidupan yang didasari dan diarahkan untuk mecapai ridhaNya.
Allah berfirman dalam surah QS. Al-Baqarah: 165
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ
.....﴿البقرة : ۱۶۵﴾
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.
Ayat ini memperingatkan kita untuk tidak membuat sesembahan selain Allah, karena hanya Dialah Tuhan Yang Haq, yang tiada bandingan bagi Nya, dan yang paling mencintai hambaNya.
Sangat tidak patut bagi makhluk mencintai makhluk lain melebihi kecintaanya kepada Pencipta cinta, Allah subhanahu wa ta'ala.
Sedangkan orang yang beriman kecintaannya sangatlah besar ke hadirat Allah.
Syekh Ibnu Athaillah menjelaskan bentuk cinta kepada Allah. Menurutnya, cinta kepada Allah adalah cinta sejati yang menumbuhkan keikhlasan dan membuahkan kenikmatan.
لَيْسَ الْمُحِبُّ الذي يَرْجُوْ مِنْ مَحْبٌوْبِهِ عِوَضاً أَوْ يَطْلُبُ مِنْه غَرْضاً . فَإِنَّ الْمُحِبَّ مَنْ يَبْذَلُ لَكَ ، لَيْسَ الْمُحِبُّ مَنْ تَبَذَّلَ لَهُ
Artinya, "Pecinta itu bukanlah orang yang mengharapkan imbalan dari kekasihnya atau mengejar sebuah tujuan dari sang kekasih. Pecinta itu orang yang berbuat sesuatu untukmu. Pecinta itu bukan orang yang diberikan sesuatu olehmu."
Cinta seorang hamba kepada Rabb mengalirkan peribadatan yang indah, pengabdian yang lembut, dan menenggelamkan semua aktifitas dalam samudera kasih sayangNya.
Sehingga tiada tersisa dalam diri hamba kecuali dipenuhi rasa welas asih dan kasih sayang dalam kehidupan, karena ia menyadari bahwa Allah menyatakan:
وَرَحۡمَتِىۡ وَسِعَتۡ كُلَّ شَىۡءٍ
dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu (al a'raf 156)
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Semoga rahmat Allah meliputi kita semua, sehingga keimanan kita mewujud, tampak dalam wajah kasih sayang, saling mengayomi, memudahkan, menyelesaikan dengan bijak semua gebyaring dunia yang fana ini.
Sebagaimana nabi kita sayyidul basyar Muhammad rasulullah adalah rahmatan lil a lamiin. Rahmat Allah untuk alam semesta semua.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Baca juga: TEKS KHUTBAH JUMAT 13 Oktober 2023, Tema Perintah Nabi Muhammad SAW agar Optimis Menjalani Hidup
3. Dzikir Tanda Sayang Hamba Kepada Tuhannya
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah.
Marilah kita selalu bersyukur kehadirat Allah, memuji-Nya dengan pujian yang terbaik, atas segala limpahan kasih sayang-Nya kepada kita semua.
Semoga Allah mengilhamkan kepada kita ketaqwaan, kesadaran bahwa semua perintah-Nya hanyalah ungkapan kecintaan-Nya agar kita bahagia di dunia dan akhirat, dan segala larangannya adalah penjagaan agar hanya keselamatan yang selalu kita alami. Amin.
Hadirin jamaah Jumat yang berbahagia.
Apalah artinya panjangnya umur, bertambahnya kekayaan, kenaikan derajat di hadapan manusia, popularitas dan semua gemerlap kemajuan dunia jika kita tidak berbahagia di dalamnya, ketika kita hidup dengan dada yang sesak, hati yang keruh dan semua terasa menghimpit. Maka Allah mengingatkan dalam surah Tha Ha ayat 124
وَمَنۡ اَعۡرَضَ عَنۡ ذِكۡرِىۡ فَاِنَّ لَـهٗ مَعِيۡشَةً ضَنۡكًا وَّنَحۡشُرُهٗ يَوۡمَ الۡقِيٰمَةِ اَعۡمٰى
Yang artinya ''Dan barangsiapa berpaling dari peringatanku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta."
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي
Menurut Ibn Katsir adalah "dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku". Yaitu menentang perintah-Ku dan menentang apa yang Kuturunkan kepada rasul-rasul-Ku, lalu ia berpaling darinya dan melupakannya serta mengambil petunjuk dari selainnya.
Namun kata ذِكۡرِىۡ sebenarnya akan sangat sederhana jika kita artikan dengan eling marang Gustine, yang didasari oleh pengenalan yang akrab, intim dan intens, sehingga pengenalan atau pemahaman akan Allah itu membuat dzikir kita berbobot dan bermakna.
Dzikir itu akan memenuhi seluruh relung jiwa, melapangkan dada, menjernihkan pikiran, dan hadir mempengaruhi alam syahadah atau alam dunia ini dengan kelapangan.
Semua akan begitu mudah dan hanya menghadirkan kesyukuran, kenikmatan dan selalu begitu daiman.
Manakala dzikir telah menjadi bagian dari nafas kita, maka ibadah dan juga muamalah akan menjadi serba mudah dan indah, karena kita selalu bersama dengan Allah Yang Rahmatnya memenuhi segala sesuatu.
Dan jika rahmatNya telah memenuhi segala sesuatu maka tidak akan ada sesuatu apapun yang bisa menyempitkan hati kita yang telah dipenuhi oleh Rahmat Allah.
Hadirin Rahimakumullah.
Sebagaimana lazim kita rasakan bahwa kebahagiaan adalah kepuasan dan kenyamanan yang lebih kepada "roso" , yang rasa itu sendiri lebih terasa nikmat jika merupakan rasa batin bukan rasa lidah.
Dan rasa bahagia batin yang hakiki adalah bersemayamnnya Allah Sang Penguasa jagad alit dan jagad gede dalam diri kita.
Sebagai contoh bahwa kebersamaan kita dengan Allah akan menjauhkan kita dari kesempitan hidup yang salah satu bentuknya adalah kesedihan misalnya dalam surah At Taubah ayat 40
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
Yang artinya "Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita."
Dengan demikian Jamaah yang dirahmati Allah, ada cara gampang yang diajarkan Allah bahwa dengan membiasakan diri selalu bertaqwa, mendekat dan mengaitkan semua hal dalam hidup kita kepada Allah melalui dzikir kepada-Nya akan melapangkan segala kesempitan hidup.
Semoga kita selalu merasakan kehadiran Allah dalam segala hal yang kita rasakan dan hadapi, dan mudahan kita menjadi hamba-hamba-Nya yang selalu dzikir, eling pada-Nya. Amin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Itu dia 3 contoh Khutbah jumat simple, dan mudah untuk dipahami. Semoga bermanfaat!(*)
Simak berita update TribunPringan.com lainnya di : Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.