Metode Hisab

Haedar Nashir: saat Ini Mungkin Ditolak, di Masa Depan Metode Hisab Adalah Kepastian

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir yakin bahwa metode hisab akan digunakan secara umum oleh umat Islam di Indonesia

|
(Tribunjabar/Theofilus Richard)
Haedar Nashir: Saat Ini Mungkin Ditolak, di Masa Depan Metode Hisab Adalah Kepastian 

TRIBUNPRIANGAN.COM, YOGYAKARTA – Beberapa akhir ini, ramai terkait diskursus perbedaan penetapan hari raya idul fitri 2023.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir yakin bahwa metode hisab akan digunakan secara umum oleh umat Islam di Indonesia, bahkan seluruh dunia.

Baca juga: BREAKING NEWS, Prof Ahmad Dahlan Raih Suara Terbanyak di Muswil XXI Muhammadiyah Jawa Barat

Seperti penggunaan jam sebagai penanda waktu salat, Haedar meyakini bahwa suatu saat ini umat Islam seluruh dunia akan menerapkan metode hisab wujudul hilal sebagai landasan dalam menentukan waktu-waktu penting ibadah yang lain umat Islam.

“Sekarang kita bisa mudah sekali untuk salat dhuhur dan segala macam tanpa harus melihat matahari,” kata Haedar dalam acara Media Gathering yang diselenggarakan di Kantor PP Muhammadiyah, Jl. Cik Ditiro, No. 23 Kota Yogyakarta.

Baca juga: 2 Desa di Kecamatan Batangan Kabupaten Pati Bakal Terlewati Mega Proyek Jalan Tol Demak-Tuban

Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Dalam menentukan waktu salat, saat ini dari golongan dan negara manapun memakai jadwal yang sudah pasti. Muhammadiyah ingin dalam menetapkan awal Ramadan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah juga menggunakan seperti itu.

Baca juga: Mega Proyek Jalan Tol Demak-Tuban Akan Trabas 2 Desa di Kecamatan Kayen Kabupaten Pati

Namun demikian, hal itu membutuhkan waktu yang tidak pendek, bahkan bisa jadi membutuhkan waktu satu abad.

Oleh karena itu, untuk saat ini ketika masih terjadi perbedaan penentuan umat Islam tidak perlu saling menuding dan caci maki.

“Kami pun menghargai bagi saudara-saudara, maupun negara yang masih menganut sistem dan metode lain.” Tuturnya.

Baca juga: 2 Desa di Kecamatan Batangan Kabupaten Pati Bakal Terlewati Mega Proyek Jalan Tol Demak-Tuban

Berkaca Sejarah KH Ahmad Dahlan

Keyakinan Haedar berkaca pada sejarah KH. Ahmad Dahlan yang menentukan arah kiblat masjid di Indonesia memakai perhitungan ilmu falak.

Meski awalnya ditentang begitu rupa, namun yang dilakukan oleh Kiai Dahlan saat ini diikuti oleh bahkan seluruh umat Islam di Indonesia.

“Tapi sekarang Alhamdulillah, bahkan Kementerian Agama membikin sertifikasi, bahwa setiap masjid harus dapat sertifikat arah kiblat yang benar. Bahwa perubahan untuk memakai kalender Islam global itu memerlukan waktu satu abad lagi,” imbuhnya.

Baca juga: 2 Desa di Kecamatan Batangan Kabupaten Pati Bakal Terlewati Mega Proyek Jalan Tol Demak-Tuban

Penggunaan metode hisab hakiki wujudul hilal, imbuh Haedar, merupakan landasan yang bisa digunakan oleh generasi mendatang supaya hidup menjadi praktis. Islam harus menjawab tantangan yang ada di masyarakat modern yang memerlukan kepastian.

“Kepastian transaksi, kepastian tentang hari dan tanggal dan lain sebagainya. Yang tidak pasti dalam terawangan kita kan kematian dan ajal,” ucapnya.

Baca juga: Hanya 1 Desa di Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati yang Bakal Terlewati Jalan Tol Demak-Tuban

“Dan benda-benda langit itu juga beredar dengan kepastian. Apa ada bulan itu demi toleransi mundur dulu? bulan itu mau datang ya datang, matahari mau terbenam ya terbenam,” ungkap Haedar.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved