Chiki Ngebul
Buntut Anak Sekolah Keracunan Makanan, Dinkes Jabar akan Larang Jajanan Cikbul
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, yang berencana untuk melarang peredaran jajanan anak chiki ngebul (Cikbul) diberbagai kalangan.
Penulis: Luun Aulia Lisaholith | Editor: Gelar Aldi Sugiara
TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG - Kasus keracunan jajanan chiki ngebul atau cikbul yang menimpa anak-anak di Tasikmalaya dan Bekasi mendapat perhatian serius dari pemerintah.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat berencana untuk melarang peredaran jajanan anak chiki ngebul.
Menurut Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Jabar Ryan Bayusantika, kasus keracunan tersebut kemungkinan disebabkan adanya sisa nitrogen cair terminum.
Baca juga: Buntut Kasus Keracunan Chiki Ngebul, Kemenkes : Para Orang Tua Lebih Teliti Soal Pangan Anak
"Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Jawa Barat akan terus mengkaji kemungkinan larangan peredaran makanan bernitrogen cair, dan akan terus berkoordinasi dengan Pemprov Jabar untuk meningkatkan kewaspadaan atas konsumsi cikbul oleh anak-anak," jelasnya.
Ryan mengimbau para orangtua dan masyarakat harus lebih berhati-hati memantau anak-anak dalam memilih jenis jajanan untuk sang buah hati.
Tak lupa, dia mengingatkan seluruh rumah sakit dan Dinas Kesehatan di daerah agar segera melapor ke Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan jika menemukan kasus keracunan jajanan berasap akibat dicampur nitrogen cair.
Baca juga: Tujuh Murid SD di Tasikmalaya Keracunan Jajanan, Pedagang Ciki Ngebul Diamankan Polisi
Sebagaimana diketahui imbauan tersebut tertuang dalam surat dari Kementerian Kesehatan RI No. SR. 01.07/111/5/67/2023.
Catatan kasus
Seperti diberitakan sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Nina Susana, dua kasus keracunan makanan cikbul terjadi di di Tasikmalaya dan Bekasi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya melaporkan kasus keracunan makanan pada siswa SDN Ciawang setelah menyantap jajanan cikbul pada 15 November 2022.
Saat itu ada 24 anak mengkonsumsi cikbul, lalu 7 dari 24 anak, menunjukkan gejala dan diobservasi di puskesmas. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.